Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertusuk Paku Bisa Meninggal akibat Tetanus, Kenali Gejala Infeksi dan Penanganan Pertamanya

Kompas.com - 17/04/2024, 16:15 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seseorang yang tubuhnya tertusuk paku bisa meninggal dunia akibat mengalami infeksi penyakit tetanus.

Hal tersebut seperti unggahan foto melalui media sosial X atau Twitter @ZahiraZuhaira, Sabtu (14/4/2024).

Pengunggah menyatakan, orang yang tertusuk paku dapat meninggal usai mengalami gejala seperti demam, mengigil, serta nyeri persendian dan seluruh badan.

"Tolong jgn anggap sepele kalo kalian tertusuk paku atau yg lainnya. Jgn sampai kejadian seperti ini," tulisnya.

Dokter penyakit dalam spesialis penyakit tropis dan infeksi RS Adam Malik Kemenkes Medan, Restuti Hidayani Saragih membenarkan orang yang tertusuk paku dapat meninggal akibat penyakit tetanus.

"Yang dapat menyebabkan meninggal dari satu kejadian tertusuk paku adalah apabila luka akibat tertusuk paku tersebut terinfeksi bakteri Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/4/2024).

Baca juga: Benarkah Kulit Ikan Bisa Menyembuhkan Luka? Ini Penjelasan Dokter


Infeksi akibat tertusuk paku

Restuti mengatakan, orang yang tertusuk paku dapat menderita tetanus hingga meninggal dunia ketika lukanya terinfeksi bakteri. Jika tidak terinfeksi, maka penyakit berbahaya itu tidak akan dialami.

Menurutnya bakteri Clostridium tetani hidup di tanah, debu, kotoran hewan dan manusia, usus hewan, serta permukaan benda-benda yang berkarat termasuk paku.

"Setelah bakteri Clostridium tetani memasuki tubuh, maka bakteri tersebut akan menyerang atau menargetkan saraf tubuh dengan mengeluarkan racun berbahaya atau toksin," jelasnya.

Meski paku berkarat dapat menyebabkan tetanus, Restuti menyebut tidak semua orang yang tertusuk benda tajam pasti akan mengalami infeksi.

Orang yang tertusuk paku tidak mendertia tetanus jika sudah pernah dapat vaksinasi tetanus secara lengkap. Kemungkinan orang ini terkena tetanus menjadi lebih kecil daripada orang yang sama sekali tidak pernah mendapat vaksinasi tetanus.

"Hanya saja sesuai dengan pengetahuan dan bukti ilmiah bahwa habitat Clostridium tetani adalah di tempat-tempat ini, maka logikanya ada kemungkinan bahwa orang yang tertusuk paku bisa terkena tetanus, meskipun tidak 100 persen," lanjut dia.

Baca juga: Tertusuk Paku Berkarat Berpotensi Tetanus, Apa yang Harus Dilakukan?

Gejala tetanus

Tetanus adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini masuk melalui luka terbuka. Tetanus adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini masuk melalui luka terbuka.
Lebih lanjut, Restuti menyebutkan beberapa masalah kesehatan yang mungkin dialami orang yang terkena paku dan terinfeksi. 

Infeksi akibat tertusuk paku berkarat dapat menimbulkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit tetanus sebagai berikut:

  • Kekakuan dan spasme otot berupa mulut sulit membuka lebar atau rahang terkunci dan mengatup rapat, punggung melengkung, dan ekspresi wajah kaku
  • Kesulitan menelan
  • Demam
  • Mengeluarkan keringat yang banyak secara terus-menerus
  • Sensitif terhadap sentuhan
  • Detak jantung lebih atau makin cepat
  • Tekanan darah meningkat
  • Diare.

"Spasme otot juga bisa menyerang otot pernapasan, laring, dan perut sehingga menyebabkan gagal napas. Gagal napas ini jika tidak tertangani akan berakibat pada kematian," ungkap Restuti.

Halaman:

Terkini Lainnya

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com