Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBNU Prediksi Lebaran 1445 H Jatuh pada 10 April 2024

Kompas.com - 09/04/2024, 14:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Baca juga: Sejarah Mudik, Sudah Ada sejak Zaman Majapahit, Populer Saat Lebaran

KOMPAS.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memperkirakan, Lebaran 2024 atau Idul Fitri 1445 Hijriyah jatuh pada Rabu (10/4/2024).

Penentuan Lebaran 2024 itu didasarkan pada perhitungan falakiyah atau astronomi yang juga tercantum dalam almanak resmi PBNU.

“Menurut hasil perhitungan falakiyah LF PBNU, sebagaimana tertera dalam almanak resminya, tanggal 1 Syawal bertepatan hari Rabu Pahing 10 April 2024,” kata Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Sirril Wafa, dilansir dari laman resmi NU.

Ia menjelaskan, mekanisme penentuan awal bulan oleh PBNU menggunakan rukyatul hilal setelah dilakukan perhitungan atau hisab sebagai upaya prediktif.

Kendati demikian, KH Sirril Wafa mengatakan bahwa PBNU masih akan menunggu keputusan sidang isbat yang digelar Pemerintah Indonesia pada Selasa (9/4/2024).

Baca juga: Sejarah Mudik, Sudah Ada sejak Zaman Majapahit, Populer Saat Lebaran

Alasan PBNU ungkap Lebaran 10 April 2024

Melalui laporan “Hilal Awal Syawal 1445 H”, PBNU mengungkap alasan Idul Fitri 1445 H jatuh pada Rabu (10/4/2024).

1. Ketinggian hilal

Berdasarkan data hilal pada awal Syawal 1445 H pada Rabu, 29 Ramadhan 1445 H yang bertepatan dengan 9 April 2024, ketinggian hilal di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan sudah berada di ketinggian +4 derajat 52 menit.

Sementara, parameter hilal terbesar terjadi di Kota Lhoknga, Provinsi Aceh dengan tinggi +7 derajat 28 detik.

Data hilal tersebut sudah memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) di mana tinggi hilal 3 derajat.

Kriteria MABIMS hingga saat ini masih digunakan sebagai pedoman 4 negara di Asia Tenggara untuk menentukan awal bulan Kamariahnya untuk kepentingan Kalender dan untuk penetapan awal-awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.

Baca juga: Tahapan Sidang Isbat Petang Ini dan 134 Lokasi Pemantauan Hilal Ramadhan 2024

2. Elongasi

Elongasi adalah busur yang ditarik dari pusat cakram Matahari secara langsung menuju ke pusat cakram bulan secara geosentrik (haqiqi).

Hingga Selasa, elongasi terkecil di Indonesia saat Matahari terbenam adalah 8 derajat 30 menit di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan dan sampai dengan 10 derajat 19 menit derajat di Kota Lhoknga, Provinsi Aceh.

Hal tersebut telah memenuhi kriteria MABIMS yang menyatakan elongasi 6 koma derajat sehingga 1 Syawal 1445 H atau Idul Fitri 2024 jatuh pada Rabu (10/4/2024).

3. Lama hilal

Lama hilal di atas ufuk pada Selasa adalah mulai 23 menit 19 detik di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan sampai dengan lama hilal 32 menit 46 detik di Lhoknga, Aceh.

Lama hilal adalah lamanya hilal di atas ufuk mar’ie dari sejak terbenamnya Matahari hingga terbenamnya Bulan.

Baca juga: Kapan Awal Ramadhan Menurut NU? Kenali Metode Rukyatul Hilal untuk Tentukan Puasa

4. Ijtimak atau konjungsi

Ijtimak bulan awal Syawal 1445 H pada Selasa pukul 01:22:49 WIB, jika merujuk titik lokasi Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat dengan koordinat 6 derajat 11 menit 25 detik LS 106 derajat 50’ menit 50 detik BT.

Ijtimak atau konjungsi Bulan-Matahari adalah posisi ketika Matahari dan Bulan dalam satu garis bujur ekliptika yang sama secara geosentrik, yakni jika ditinjau dari titik pusat bumi (bukan permukaan bumi).

5. Kedudukan hilal dan letak Matahari

Kedudukan hilal pada 9 April 2024 berada pada posisi 5 derajat 47 menit 08 detik utara matahari.

Kedudukan hilal adalah kemiringan sabit Bulan sempurna. Apabila berada di sebelah selatan Matahari, kemiringan hilal adalah ke selatan, demikian sebaliknya.

Adapun keadaan hilal pada hari yang sama, miring ke utara.

Sementara itu, letak Matahari pada Selasa berada pada 7 derajat 48 menit 03 detik utara titik barat, sedangkan letak hilal berada pada 13 derajat 35 menit 11 detik utara titik barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com