Kelompok mamalia air Cetacea umumnya dapat menghabiskan waktu lama di bawah air. Namun, paus pembunuh hanya mampu bertahan di bawah air selama beberapa menit.
Dilansir dari The Guardian, Selasa, kurangnya angin di sekitar Kota Rausu menyebabkan es yang memerangkap kawanan paus pembunuh tetap stagnan dan sulit mencair.
Laut di lepas pantai timur Hokkaido, pulau utama paling utara di Jepang ini selalu diselimuti es yang mengapung setiap musim dingin.
Dinamakan shiretoko atau berarti ujung daratan, kawasan ini adalah titik terendah di belahan Bumi utara di mana es laut Arktik dapat diamati.
Asal muasal es tersebut terletak 1.000 kilometer jauhnya di perairan beku Sungai Amur di Timur Jauh Rusia.
Saat bergerak ke selatan melintasi Laut Okhotsk, kristal berubah menjadi lembaran yang bergesekan satu sama lain, kemudian membentuk lempengan es tebal berwarna biru-putih.
Para arkeolog percaya, ribuan tahun lalu es menutupi area yang cukup luas hingga memungkinkan manusia bermigrasi dengan berjalan kaki dari daratan Asia ke Hokkaido.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah es tersebut telah menurun seiring dengan semakin cepatnya pemanasan global.
Pejabat kota menyampaikan, kesulitan yang dialami kawanan paus pembunuh akibat es di kawasan ini bukan kali pertama terjadi.
Sebelumnya pada 2005, sekelompok paus pembunuh terperangkap di es yang terapung di lepas pantai kota.
Sama seperti saat ini, tidak ada upaya yang dapat dilakukan pejabat setempat, sehingga mamalia itu pun mati.
Selain itu, belum ada informasi terbaru terkait kondisi terkini keberlangsungan belasan paus pembunuh yang terjebak di lepas pantai Hokkaido.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya