Caranya, saat tubuh memecah makanan yang dikonsumsi, makanan akan berakhir menjadi molekul dalam aliran darah.
Salah satu molekul yang mendiami aliran darah tersebut adalah glukosa, yang berasal dari pemecahan karbohidrat.
Selanjutnya, tubuh akan memproduksi insulin, sehingga glukosa terserap dan sel dapat menyimpan dan menggunakannya untuk energi.
Jika memiliki lebih banyak glukosa darah daripada yang dapat digunakan tubuh, glukosa akan disimpan sebagai lemak untuk digunakan di masa depan.
Sebaliknya, saat tubuh berhenti makan atau berpuasa, tubuh tidak memproduksi insulin, sehingga kadar insulin akan turun.
Baca juga: Benarkah Gejala Diabetes Dapat Diketahui dari Kondisi Mulut? Ini Kata Dokter
Ketika kadar insulin rendah, sel-sel lemak melepaskan sebagian lemak yang disimpan agar dapat digunakan sebagai energi. Hasilnya, berat badan lama-kelamaan akan turun.
Dikutip dari Eating Well, beberapa penelitian terbaru turut menunjukkan bahwa metode diet ini berpotensi menurunkan resistensi insulin yang memberikan manfaat bagi penderita diabetes.
Misalnya, sebuah penelitian yang terbit dalam Thieme's Hormone and Metabolic Research menemukan, puasa intermiten menurunkan resistensi insulin pada 13 orang dewasa penderita diabetes tipe 2.
Selain itu, tinjauan penelitian yang mencakup beberapa penelitian menemukan, puasa intermiten menurunkan kadar glukosa puasa, berat badan, dan kadar gula darah pascamakan pada penderita diabetes tipe 2.
Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat apakah puasa intermiten benar-benar aman bagi penderita diabetes tipe 2 secara keseluruhan.
Baca juga: Selain Menurunkan Berat Badan, Ini 6 Manfaat Intermitten Fasting bagi Kesehatan
Di sisi lain, beberapa ahli mengatakan bahwa puasa intermiten memiliki risiko, terutama bagi orang yang perlu menjaga kestabilan kadar gula darah.
Saat pertama kali mencoba metode ini, melewatkan waktu makan utuh berpotensi mengakibatkan kontrol kadar glukosa darah menjadi lebih buruk.
Belum lagi, masalah lain berpotensi muncul, seperti kelelahan dan kekurangan energi akibat minimnya asupan makanan ke tubuh.
Melewatkan waktu makan juga dapat menyebabkan seseorang memilih pola makan yang buruk sebagai upaya "balas dendam" atas kelaparan.
Kondisi tersebut justru akan berdampak pada lingkar pinggang dan kadar gula darah yang kian naik.
Baca juga: 5 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Diabetes, Apa Saja?