Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip "Bakery" Kejam di Kota Pompeii, Mengolah Roti dengan Menyiksa Manusia dan Satwa

Kompas.com - 19/12/2023, 18:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti menemukan sebuah toko roti kuno di Pompeii yang menjadi sejarah penyiksaan budak di masa lalu.

Toko roti kuno ini ditemukan di kawasan Regio IX Pompeii, Italia yang mulai digali oleh para arkeolog pada awal tahun 2023.

Para budak bekerja keras selama berjam-jam di tempat yang berfungsi sebagai toko roti sekaligus “penjara” tersebut.

Digambarkan ruangan tersebut mendapatkan sedikit cahaya karena hanya memiliki jendela luar yang kecil, tinggi, dan berjeruji.

Direktur Taman Arkeologi Pompeii, Gabriel Zuchtriegel menjelaskan penggambaran dari ruangan tersebut.

"Ini adalah ruang di mana kita harus membayangkan kehadiran orang-orang dengan status budak yang kebebasan bergeraknya dibatasi oleh pemiliknya," kata Zuchtriegel, dikutip dari Smithsonian.

Ia menambahkan jika ruangan tersebut merupakan saksi perbudakan kuno yang pada masa itu tidak ada janji untuk dimerdekakan.

Baca juga: Mengenal Beard Papas, Sejarah Toko Roti Puff asal Jepang yang Mendunia


Baca juga: Bagaimana Penduduk Pompeii Meninggal? Studi Ungkap Kemungkinan Tersedak Abu Letusan Vesuvius

Gambaran bagian dalam toko roti

Toko roti tersebut bentuknya jauh berbeda dengan toko roti modern yang sekarang kita temui.

Dilansir dari Ancient Origins, toko roti ini berada di dalam sebuah bangunan besar tanpa dinding yang menghadap ke luar.

Ruangannya sangat sempit, ditutupi dengan jeruji besi, dan hanya sedikit cahaya Matahari yang dapat tembus ke ruangan ini.

Di bagian tengah ruangan, terdapat beberapa batu giling yang dipakai untuk menggiling biji-bijian yang diubah menjadi tepung.

Salah satu bagian toko roti yang paling menonjol adalah serangkaian parit dangkal berbentuk lingkaran yang diukir di lantai batu basal.

Bagian ini menunjukkan bagaimana hewan-hewan dikendalikan untuk menggiling biji-bijian.

Keledai-keledai itu akan dikurung di dalam parit-parit ini dan berjalan untuk memutar batu giling.

Satu-satunya pintu di ruangan itu menghadap langsung ke atrium yang langsung mengarah ke dalam gudang atau kandang hewan.

Dalam kesehariannya, ruangan sempit itu selalu ditempati oleh hewan dan budak manusia.

Ketika dipekerjakan di tempat itu, para budak akan mengawasi proses dan mengumpulkan tepung yang didapatkan saat keledai mendorong batu asah.

Baca juga: Sekawanan Domba Bantu Arkeolog di Kota Kuno Pompeii, Apa Kontribusinya?

Kekejaman di toko roti Pompeii

Foto yang dirilis pada tanggal 8 Desember 2023 oleh taman arkeologi Pompeii ini, menunjukkan area Regio IX di situs tempat ditemukannya toko roti penjara, demikian diumumkan taman arkeologi pada hari yang sama. Menurut para sejarawan, pabrik roti itu adalah tempat di mana orang-orang yang diperbudak dan keledai dikurung dan dieksploitasi untuk menggiling biji-bijian yang dibutuhkan untuk membuat roti. Sebuah ruangan sempit tanpa pemandangan ke luar, dengan jendela-jendela kecil dengan kisi-kisi besi untuk masuknya cahaya. Dan di ukiran lantai untuk mengkoordinasikan pergerakan hewan-hewan, dipaksa berjalan berjam-jam dengan penutup mata.HANDOUT/POMPEII ARCHAEOLOGICAL PARK/AFP Foto yang dirilis pada tanggal 8 Desember 2023 oleh taman arkeologi Pompeii ini, menunjukkan area Regio IX di situs tempat ditemukannya toko roti penjara, demikian diumumkan taman arkeologi pada hari yang sama. Menurut para sejarawan, pabrik roti itu adalah tempat di mana orang-orang yang diperbudak dan keledai dikurung dan dieksploitasi untuk menggiling biji-bijian yang dibutuhkan untuk membuat roti. Sebuah ruangan sempit tanpa pemandangan ke luar, dengan jendela-jendela kecil dengan kisi-kisi besi untuk masuknya cahaya. Dan di ukiran lantai untuk mengkoordinasikan pergerakan hewan-hewan, dipaksa berjalan berjam-jam dengan penutup mata.

Penulis abad kedua, Apuleius, menjelaskan kondisi toko roti kuno terkejam di Pompeii tersebut melalui catatan sejarah.

Ia menuliskan jika kondisi para budak maupun keledai yang dimanfaatkan untuk bekerja sangat miris.

“Wajah para budak sangat pucat. Mata mereka begitu kabur karena panas terik kegelapan yang dipenuhi asap. Mereka hampir tidak bisa melihat,” tulis Apuleius, dilansir dari sumber yang sama.

Dalam ceritanya, Apuleius menggambarkan jika para budak terlihat seperti pegulat yang ditaburi debu sebelum bertanding.

Wajah dan badan mereka diputihkan secara kasar dengan tepung yang digiling oleh para keledai.

Selain itu, keledai yang dipekerjakan akan ditutup matanya dan dipaksa untuk berputar selama berjam-jam menggiling biji menjadi tepung.

“Bagian pinggang mereka terpotong sampai ke tulang karena dicambuk tanpa henti,” tulis Apuleius.

Lebih lanjut, Apuleius mengatakan jika kuku keledai berubah menjadi aneh karena berputar-putar berulang-ulang, dan seluruh kulit mereka "dihiasi" kudis dan berlubang akibat kelaparan.

Baca juga: Arkeolog Temukan Kereta Kuno Romawi Berusia 2.000 Tahun di Pompeii

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com