Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Penduduk Pompeii Meninggal? Studi Ungkap Kemungkinan Tersedak Abu Letusan Vesuvius

Kompas.com - 25/08/2023, 16:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehancuran Pompeii, sebuah kota kuno peninggalan Kekaisaran Romawi, menjadi salah satu bencana alam dahsyat yang pernah menghujam manusia.

Kota yang terletak di Campania, Italia ini terkubur oleh letusan Gunung Vesuvius pada 24 Agustus 79 Masehi.

Meski termasuk situs paling terpelihara dalam sejarah manusia, peneliti masih memperdebatkan bagaimana ribuan orang Pompeii binasa hanya dalam hitungan hari.

Dilansir dari Science, Rabu (23/8/2023), arkeolog University of Bari Aldo Moro, Pierfrancesco Dellino mengatakan, penduduk Pompeii tidak meninggal dalam satu waktu.

Menurutnya, beberapa penduduk kota setidaknya sempat mencoba melarikan diri, tetapi gagal karena abu letusan yang mencekik.

Penelitian baru yang terbit pada PLOS ONE pun membantu memberikan gambaran tentang bagaimana hampir satu kota hangus akibat letusan Vesuvius.

Baca juga: Kisah Roti Bercincin di Bakery of Modestus Pompeii, Tenggelam dalam Abu, Kembali Bangkit di Peradaban Baru


Kematian penduduk Pompeii

Letusan Gunung Vesuvius terjadi dalam dua fase besar, sama-sama menghancurkan Kota Pompeii yang terletak di lereng.

Pada letusan pertama, gunung berapi tersebut memuntahkan gas panas, abu, dan bubuk batu apung yang meruntuhkan atap rumah dan menumbangkan pepohonan.

Korban fase ini diperkirakan mati lemas di tengah gempuran gas dan abu berbahaya yang dimuntahkan Vesuvius.

Meski beberapa penduduk hancur pada letusan pertama, sebagian di antaranya berhasil selamat dan melarikan diri.

Hingga pada fase kedua, Vesuvius mengalami serangkaian gelombang piroklastik, di mana massa abu panas dan lava menyapu sisa-sisa manusia dan bangunan yang tersisa.

 

Baca juga: Sejarah Pompeii, Kota Kuno di Bawah Tumpukan Abu Vesuvius

Para peneliti juga sepakat bahwa sebagian besar korban Pompeii meninggal pada tahap letusan ini.

"Fase kedua adalah yang paling berbahaya," ujar salah satu penulis studi dan arkeolog dari University of Valencia, Gianni Gallello.

Dikutip dari IFL Science, Kamis (24/8/2023), ada dugaan bahwa para korban mungkin terkena panas serta sambaran petir hingga meninggal.

Bukan hanya itu, cairan tubuh mereka diduga menguap akibat panas hebat dari gelombang piroklastik.

Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com