Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pintar Sembunyikan Perasaan, AI Kini Bisa Ungkap Rasa Sakit yang Diderita Kucing

Kompas.com - 14/12/2023, 10:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Para penulis pun menegaskan, tidak ada proses penelitian yang menimbulkan penderitaan maupun rasa sakit pada kucing.

Baca juga: Waspada, Berikut 5 Faktor yang Menyebabkan Kucing Menjadi Agresif

Mulut kucing jadi fitur paling penting

Masih dari Scientific American, Jumat, para peneliti menciptakan dua algoritma pembelajaran mesin yang dapat mendeteksi rasa sakit hanya berdasarkan foto kucing.

Salah satu algoritma mengamati jumlah kontraksi otot wajah sebagai indikator nyeri umum, dengan menggunakan 48 "landmark" yang melibatkan telinga, mata, dan mulut.

Algoritma lain menggunakan metode pembelajaran mendalam untuk data tidak terstruktur, dengan tujuan menganalisis seluruh wajah guna mengetahui kontraksi otot dan pola lainnya.

Hasilnya, pendekatan AI berbasis landmark memiliki akurasi hingga 77 persen dalam mengidentifikasi apakah kucing kesakitan.

Namun, pendekatan pembelajaran mendalam memberikan akurasi lebih sedikit, hanya sebesar 65 persen.

Para peneliti mengatakan, perbedaan akurasi mungkin berasal dari sistem pembelajaran mendalam yang "haus data".

Sebab, dalam penelitian ini, hanya tersedia kumpulan data gambar ekspresi wajah kucing yang relatif kecil.

Para peneliti juga menemukan bahwa mulut kucing, bukan telinga atau mata, adalah fitur wajah yang paling penting dalam mengenali rasa sakit secara akurat.

Kendati demikian, psikolog Jerman dengan latar belakang ilmu emosi yang tak terlibat dalam penelitian, Dennis Kuster mengatakan, penting untuk membedakan antara ekspresi wajah dan emosi.

Pengujian pada manusia menunjukkan, AI cenderung mengenali pola wajah tetapi belum tentu mengetahui makna di baliknya.

Apalagi, ekspresi wajah mungkin tidak selalu dikaitkan dengan emosi tertentu.

"Contoh terbaik adalah senyuman sosial. Jadi saya mungkin tersenyum sekarang, tapi mungkin saya hanya ingin bersikap ramah," ungkap Kuster.

"Kita mengekspresikan hal-hal tertentu secara otomatis, dan itu tidak berarti bahwa kita dipenuhi dengan kebahagiaan," lanjutnya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com