Karena itu, Annan dan Al Mansoori memutuskan cara lain untuk menemukan "tinta" yang sesuai dalam pencetakan ini.
Baca juga: 4 Efek Samping Wortel bagi Tubuh, Apa Saja?
Annan dan Al Mansoori tidak bisa memanfaatkan sayuran dan buah asli yang jumlahnya terbatas untuk dijadikan tinta printer.
Akhirnya, kedua mahasiswa Qatar ini menggunakan tinta yang didapat dari proses kultur sel tanaman. Proses ini berupa sel-sel dari sayuran yang dipanen dan diperbanyak dalam kondisi laboratorium yang steril.
Sel-sel tadi kemudian digunakan untuk membuat tinta printer yang sensitif terhadap sinar UV dalam mesin. Sinar UV akan memadatkan tinta tersebut.
Selanjutnya, tinta tadi dapat dicetak dalam bentuk wortel atau bentuk apapun yang diinginkan dengan printer 3D.
Selama melakukan proyek ini, Annan dan Al Masoori tak lepas dari tantangan. Mereka harus menjelaskan proyek ini ke publik secara sederhana dan jelas.
Dilansir dari Wionews (5/10/2023), keduanya mengakui tantangan terbesar mereka dalam proyek ini adalah membuat teknologi yang dapat diakses oleh masyarakat awam.
“Ada kurva pembelajaran untuk dapat mengomunikasikannya dengan jelas sehingga tidak terlalu asing. Bagaimana kita mengomunikasikan hal ini tanpa terlihat gila?" kata Annan.
Baca juga: Selamatkan Satwa Korban Kebakaran, Australia Sebar 2.000 Kg Wortel dan Kentang dari Helikopter
Qatar hanya memiliki 2,5 persen wilayah yang bisa ditanami sehingga akhirnya bergantung pada impor.
Untuk mengubah kondisi ini, Annan mengatakan bahwa printer 3D-nya bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan sayuran dan buah-buahan.
“Kami fokus pada wortel sebagai bukti konsep karena merupakan jenis sayuran yang paling banyak diteliti terutama dalam hal sel induk," tambah Al Mansoori.
"Namun di masa depan kami berharap dapat melihat buah-buahan dan sayuran yang sangat spesifik terhadap iklim dan langka untuk benar-benar bisa dicetak,” lanjutnya.
Perempuan ini memastikan wortel hasil cetakan printer 3D memiliki nilai nutrisi sama dengan wortel yang ditanam secara konvensional. Ini karena sel-sel sayuran yang dikembangkan di laboratorium memakai tanah mirip aslinya.
Dia juga mengatakan produksi wortel ini tidak bergantung pada lahan yang luas atau biaya pemeliharaan. Karena itu, wortel yang dicetak 3D bisa lebih murah.
“Jika kita ingin membeli buah-buahan dan sayur-sayuran yang spesifik terhadap iklim, maka harganya akan lebih rendah lagi,” katanya.
Al Mansoori mengatakan mereka berharap printer makanan 3D buatan mereka digunakan di berbagai tempat termasuk restoran, supermarket, dan rumah sakit, untuk mempermudah akses masyarakat pada makanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.