Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkiraan Musim Hujan, Mungkinkah Hawa Panas Hilang Saat Hujan?

Kompas.com - 01/10/2023, 20:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lini masa media sosial X (dulu Twitter) ramai dengan cuitan warganet yang menginginkan musim hujan segera tiba.

Keinginan tersebut dipicu cuaca dan hawa panas yang akhir-akhir ini melanda sejumlah daerah di Indonesia.

"Plis ini kapan si musim hujan. gapapa deh dingin atau kehujanan daripada kepanasan kyk gini. panas banget bejirrrr," tulis pengguna di akun @convomf, Sabtu (30/9/2023) sore.

Keluhan hawa panas dan keinginan agar hujan lekas turun juga dituliskan warganet melalui akun X @undipmenfess dan @tanyakanrl.

"AKU MOHON SIAPAPUN TOLONG BGT CUCI MOTOR KALIAN BIAR HUJAN. YA ALLAH PANASSSS PANASSS GAKUAT AKU PGN JDI PENGUIN AJA," kata warganet.

"INI UDAH TENGAH MALEM TAPI GUE MASIH KEPANASAN?? GUE MASIH KERINGETAN?? PADAHAL UDAH NYALAIN KIPAS KENCENG KENCENG??? GGGGGGGRRRRRRHHHHH KENAPA DUNIA INI PANAS SEKALI GGGGGGRRRRRHHHHH AKU BUTUH HUJAN!!!!" kata pengguna lain.

Hingga Minggu (1/10/2023) petang, masing-masing unggahan tersebut telah dilihat oleh lebih dari 200.000 kali dan disukai sekitar 7.000 pengguna.

Lantas, kapan musim hujan akan tiba? Mungkinkah kedatangan hujan akan mengusir hawa panas yang terjadi belakangan ini?

Baca juga: Puncak Musim Hujan 2023 di Indonesia Menurut BMKG, Kapan Waktunya?


Perkiraan musim hujan di Indonesia

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan, awal musim hujan periode 2023/2024 di Indonesia tidak berlangsung secara bersamaan.

Menurut dia, sesuai prediksi BMKG, fenomena El Nino masih akan berlangsung hingga awal tahun 2024.

"Sedangkan, musim kemarau berhentinya seiring dengan dimulainya musim hujan," paparnya, ketika dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (1/10/2023).

Dia melanjutkan, beberapa wilayah sebenarnya telah memasuki musim hujan sejak akhir Agustus 2023.

Daerah yang mulai diguyur hujan meliputi sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau.

Pada September, sebagian Sumatera Barat dan Riau bagian selatan juga mulai memasuki musim hujan.

Berikut prediksi awal musim hujan 2023/2024 di beberapa wilayah Indonesia:

  • Oktober: Jambi, Sumatera Selatan bagian utara, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, dan sebagian besar Kalimantan Timur.
  • November: Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Barat, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, Sulawesi utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan.
  • Desember: Jawa Timur bagian utara, sebagian besar Nusa Tenggara Barat, sebagian besar Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Baca juga: Suhu Panas Melanda Beberapa Wilayah Pulau Jawa, Berlangsung sampai Kapan?

Hujan dapat mengurangi hawa panas

Ilustrasi suhu panas.Freepik Ilustrasi suhu panas.

Guswanto mengungkapkan, fenomena hawa atau suhu panas akhir-akhir ini umumnya dipicu beberapa kondisi dinamika atmosfer.

Namun, kemunculan hujan, tepatnya awan hujan dapat mengurangi panasnya suhu dan teriknya sinar Matahari.

"Betul, (suhu panas terik berkurang) seiring munculnya awan hujan yang dapat menyerap dan memantulkan sinar Matahari," tuturnya.

Dia menjelaskan, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia saat ini, terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, didominasi cuaca cerah dan sangat minim pertumbuhan awan pada siang hari.

Kondisi ini menyebabkan penyinaran Matahari saat siang tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer.

"Sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik," kata Guswanto.

Belum lagi, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG ini melanjutkan, pada akhir September lalu, posisi semu Matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator.

Artinya, sebagian wilayah di selatan ekuator termasuk Jawa hingga Nusa Tenggara menerima dampak penyinaran Matahari yang relatif lebih intens daripada daerah lain di Indonesia.

Namun, fenomena astronomis tersebut umumnya tidak berdiri sendiri dalam menyebabkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi.

"Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com