Ketika lapisan es menumpuk di daratan, lapisan es ini akan menghancurkan kerak bumi di bawahnya. Saat es mencair, kerak bumi perlahan-lahan kembali ke posisi semula.
New York berada dalam posisi yang menarik karena sebenarnya kota ini tenggelam akibat zaman es terakhir yang menyebabkannya naik karena lapisan es terberat berada di daratan.
Kini setelah es mencair, bagian tengah Amerika Utara naik, sementara pinggirannya tenggelam.
“Di New York, rata-rata penurunan permukaan laut adalah antara 1-2 milimeter (0,03-0,07 inci) per tahun, ditambah 3-4 milimeter (0,11-0,15 inci) per tahun karena kenaikan permukaan laut,” kata Wei.
Baca juga: Masjid di New York Kini Dapat Kumandangkan Azan Tanpa Izin, Kebijakan Baru Wali Kota Eric Adams
Selanjutnya ada Houston, Texas, AS yang terletak di Teluk Meksiko, yang sedang mengalami penurunan permukaan tanah dengan cepat.
Dibangun di muara delta sungai yang datar dan rendah, Houston sebelumnya tidak pernah mengalami penurunan ketinggian.
Namun, sama halnya seperti Jakarta, pengambilan air tanah yang berlebihan telah menjadi penyebab utama tenggelamnya kota tersebut.
“Houston memperlambat masalah penurunan permukaan tanah melalui pengaturan air, namun mereka masih menghadapi masalah besar,” kata Wei.
Sejak 1917, sebagian kota telah tenggelam hampir 3 meter, akibat hilangnya air tanah.
Saat air dipompa keluar dari akuifer, lumpur berbutir halus di dalamnya terkompresi dan akibatnya permukaan tanah tenggelam.
Tidak banyak yang dapat dilakukan setelah kerusakan terjadi dan tidak ada cara untuk mengembalikan lumpur saat akuifer terisi kembali. Sehingga, satu-satunya cara untuk memperlambat masalah ini adalah dengan mengurangi pengambilan air tanah.
Namun, bukan hanya pengambilan air saja yang menyebabkan permukaan tanah di sekitar Houson semakin rendah. Ekstraksi minyak merupakan faktor yang memperparah, serta aktivitas patahan di daerah tersebut.
Baca juga: Spanyol Dilanda Kekeringan, Gereja Kuno Ini Kembali Muncul Usai Puluhan Tahun Tenggelam
Kota pelabuhan Rotterdam di Belanda mulai mengalami penurunan dan tenggelam dengan kecepatan sekitar 0,6 inci (1,5 cm) per tahun. Saat ini kota tersebut sudah berada sekitar 90 persen di bawah permukaan laut.
Meskipun Belanda terkenal dalam melindungi diri mereka dari laut dengan teknologi seperti bendungan, tanggul, pompa, dan tembok laut, hal ini hanyalah perbaikan jangka pendek.
Salah satu permasalahannya adalah kincir angin yang terkenal di negara tersebut.