Oleh: Rangga Septio Wardana dan Rizky Nauvalif
KOMPAS.com - Generasi Baby Boomer, Gen X, Gen Y (Milenial), Gen Z, hingga Gen Alpha selalu menjadi bahan perbincangan yang tak ada habisnya. Pasalnya, setiap generasi memiliki karakteristik bahkan stereotipnya tersendiri.
Misalnya Generasi Baby Boomer yang memiliki stereotype kaku, mengutamakan hierarki, serta tak paham teknologi. Karakteristik tersebut dianggap berbanding terbalik dengan Generasi Milenial dan Generasi Z.
Kukuh dan Dwik membahas fenomena ini dalam siniar Balada +62 episode “Milenial dan Gen Z Gak Bisa Beli Rumah, Kukuh Dwik: Semua Gara-gara Boomer!” yang dapat diakses melalui tautan s.id/Balada62Rumah.
Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu dalam buku Generation Gap(less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi memaparkan, salah satu solusi utama untuk mengatasi kesenjangan generasi adalah komunikasi yang efektif.
Pasalnya, perbedaan karakteristik pada setiap generasi berpotensi menimbulkan konflik antar sesama. Hal ini dikarenakan masing-masing generasi memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda.
Kesenjangan generasi atau generation gap merupakan penanda perbedaan antar generasi yang dapat menimbulkan konflik dan mempersulit komunikasi.
Dilansir dari BBC, Alexis Abramson, seorang ahli dalam pengelompokan generasi mengatakan, perbedaan waktu kelahiran menghasilkan karakteristik yang berbeda-beda.
Istilah ini berasal dari Biro Sensus AS, yaitu badan resmi pemerintah AS yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan data penduduk Amerika Serikat. Generasi ini dinamakan Baby Boomer karena lonjakan besar kelahiran setelah Perang Dunia II.
Baca juga: Kenali 3 Istilah Ini untuk Kesehatan Mentalmu
Baby Boomer adalah mereka yang lahir di tahun 1946-1964 dan berusia 57-75 tahun pada 2021. Abramson mengatakan bahwa Baby Boomer memiliki karakteristik yang mandiri, kompetitif, dan memiliki komitmen tinggi.
Kecenderungan kompetitif pada Baby Boomer kemungkinan disebabkan oleh banyaknya individu yang lahir pada generasi ini, sehingga mereka harus bersaing untuk mendapatkan tempat di masyarakat.
Thinktank Resolution Foundation mendefinisikan Generasi X sebagai mereka yang lahir di antara tahun 1965 sampai 1980. Generasi X tumbuh di masa ketika teknologi berkembang pesat, tetapi belum secanggih seperti sekarang.
Oleh karena itu, generasi ini masih merasakan pertumbuhan dunia digital dan pernah mengalami kehidupan non-digital. Pada akhirnya, mereka pun memahami pentingnya dua era tersebut.
Abramson berpendapat bahwa Generasi X memiliki karakteristik yang logis, banyak akal, dan pemecah masalah yang baik.
Milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1980 hingga 1996. Generasi ini kerap digambarkan sebagai pemalas dan dinilai lebih boros.
Tetapi Abramson mengatakan, Generasi Milenial juga merupakan generasi pertama yang disebut sebagai digital native.
Ia berpendapat, hal ini membuat Generasi Milenial sangat mandiri karena tak harus bergantung pada orang lain untuk memecahkan masalah.
Selain mahir dalam dunia digital, Generasi Milenial juga memiliki karakteristik yang percaya diri, rasa ingin tahu yang tinggi, dan kerap mempertanyakan otoritas.
Baca juga: Membohongi Pasangan, Boleh atau Tidak?
Abramson mengatakan bahwa karakter Milenial yang tak takut untuk mempertanyakan otoritas cenderung dianggap buruk oleh beberapa generasi yang lebih tua.
Pew Research Centre mengatakan generasi Z dimulai dari tahun 1996 sampai 2010. Seperti setiap generasi, perilaku Gen Z dibentuk oleh cara mereka tumbuh. Gen Z disebut sebagai digital native atau generasi pertama yang tumbuh dengan internet sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Menurut Mckinsey, sebagai generasi digital native, Gen Z sangat aktif dalam internet. Mereka kerap menggunakan internet saat mencari informasi apapun, termasuk berita dan ulasan sebelum membeli sesuatu.
Abramson mengatakan bahwa Gen Z memiliki beberapa karakteristik seperti ambisius, digital native, dan percaya diri.
Generasi ini lahir pada tahun 2010 dan dinilai akan menjadi kelompok yang sangat besar dengan haknya sendiri. Namun, Abramson memperkirakan mereka akan berorientasi pada keluarga karena orang tua mereka adalah Gen Z dan Milenial yang dinilai sangat terlibat sebagai orang tua.
Selain itu, mereka juga dinilai akan lebih cerdas secara digital dibanding generasi sebelumnya. Namun saat ini tak banyak yang bisa dikatakan tentang mereka.
Lantas, bagaimana perdebatan Kukuh dan Dwik tentang perbedaan generasi di antara mereka?
Dengarkan perbincangan lengkap Kukuh Adi dan Dwik seputar topik ini dalam siniar Balada+62 episode “Milenial dan Gen Z Gak Bisa Beli Rumah, Kukuh Dwik: Semua Gara-gara Boomer!”, yang dapat diakses melalui tautan s.id/Balada62Rumah.
Di sana, kita akan mendengarkan obrolan mengenai topik-topik yang ramai dibicarakan dengan perspektif baru, namun tetap menggunakan argumentasi yang logis.
Tunggu apalagi? Yuk, subscribe YouTube Medio by KG Media serta Balada +62 di TipTip dan Noice!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.