Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Dianggap Lebih Lemah dari Generasi Sebelumnya, Ada Apa dengan Generasi Z?

Kompas.com - 16/10/2022, 15:04 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, karakteristik generasi Z kerap dianggap lebih lemah dari generasi sebelumnya, terutama di tempat kerja.

Sejumlah video di media sosial bahkan memperlihatkan karakteristik generasi Z ketika berhadapan dengan masalah di dunia kerja.

Responnya sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.

Salah satu twit di Twitter juga sempat menyinggung soal generasi X yang menganggap bahwa anak muda sekarang cenderung lebih cengeng.

"Anak muda cengeng? Teman2 satu generasiku (GenX) sering ga paham knp anak muda ngomong 'mental health'. Cengeng, katanya. Akupun sempat ga ngerti anak muda. Tp aku akhirnya paham saat nemu analisis ekonomi politik utk itu, jg ngobrol dg bbrp anak muda. Bukan, bukan cengeng," tulis akun ini.

Baca juga: Indonesia Didominasi Generasi Milenial dan Generasi Z, Apa Plus Minusnya?

Dilansir dari Investopedia, generasi Z adalah seseorang yang lahir pada 1997-2012 atau saat ini berusia 18-25 tahun.

Lantas, ada apa dengan generasi Z sehingga kerap dianggap lebih lemah dari generasi sebelumnya?

Penjelasan ahli

Ilustrasi generasi Z melakukan proses pembelajaran. (DOK. Humas Ukrida) Ilustrasi generasi Z melakukan proses pembelajaran.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa generasi Z yaitu anak muda yang saat ini memasuki dunia kerja mengalami peningkatan krisis kesehatan mental, seperti mudah depresi, cemas, melukai diri sendiri, dan bunuh diri.

Hal itu sebagaimana data dalam jurnal JAMA Pediatrics yang melaporkan bahwa 1 dari 7 orang dewasa muda dan anak-anak saat ini memiliki kondisi kesehatan mental.

Namun, ada faktor lain yang menyebabkan mengapa krisis kesehatan mental meningkat di generasi Z.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Generasi Sandwich


Hubungan generasi Z dengan pola asuh orang tua

Dikutip dari Forbes, seorang psikolog sosial dan Profesor Kepemimpinan Etis di Stern School of Business Universitas New York Jonathan Haidt mengatakan, pola asuh orang tua juga menjadi faktor mengapa generasi Z kerap mengalami krisis kesehatan mental.

Di Amerika misalnya, orang tua semakin lebih protektif kepada keselamatan anaknya sepanjang 1990-an.

Begitupun di Indonesia, di mana pada tahun tersebut, Indonesia juga mengalami krisis ekonomi yang sangat berdampak.

Tak hanya itu, perkembangan media sosial juga turut andil dalam peningkatankrisis kesehatan mental pada generasi Z.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com