Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Tahun Merger Pelindo, Era Baru Menuju Poros Maritim Dunia

Kompas.com - 20/09/2023, 22:12 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengungkapkan mimpinya.

Mimpi Jokowi, menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Mimpi ini beralasan, karena 40 persen dari 90 persen jalur perdagangan dunia melewati laut Indonesia.

Bayangkan, betapa signifikannya peran Indonesia dalam lalu lintas perdagangan dunia!

Sebagai informasi, Indonesia memiliki luas wilayah perairan sebesar 6,23 juta kilometer persegi (62 persen), dengan garis pantai mencapai 81.000 kilometer persegi. Angka ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia.

Inilah yang menjadi landasan dan membuka potensi mimpi Presiden Jokowi semakin mungkin bisa terealisasi.

Baca juga: Mengintip Pembangunan Kawasan Strategis IKN, Mulai dari Jalan Tol, Jalur Kereta Api, hingga Pelabuhan Penyeberangan

PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo sebagai operator pelabuhan terbesar di Indonesia pun menyadari peluang ini. Sebagai bagian dari upaya transformasi, empat perusahaan Pelindo merger menjadi satu pada 21 Oktober 2021.

Kini, Pelindo mulai memetik "buah manis" dari kebijakan merger bersejarah itu.

Berbagai catatan positif ditorehkan, termasuk efisiensi dan efektivitas perusahaan. Pertumbuhan kinerja operasional ini berdampak pada kenaikan laba bersih Pelindo mencapai Rp 3,9 triliun pada 2022 atau tumbuh 23 persen dibandingkan 2021.

Hal ini sekaligus meningkatkan kontribusi Pelindo pada pendapatan negara sebesar Rp 7,2 triliun, naik 53 persen dari tahun sebelumnya yang berada pada angka Rp 4,7 triliun.

Apa saja terobosan yang dilakukan Pelindo selama dua tahun merger?

Baca juga: Optimalkan Kinerja dan Pelayanan, Pelindo Terminal Petikemas Jalankan 4 Tahap Transformasi Operasional

Produktivitas pelabuhan

Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan, upaya Pelindo dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas selama hampir dua tahun merger ini terbukti menghasilkan pengurangan waktu berth turn around.

Dampaknya, waktu siklus kapal berlayar meningkat dan biaya operasional menjadi hemat, karena waktu sandar kapal yang lebih singkat.

"Salah satu kunci keberhasilannya adalah standardisasi yang diterapkan di pelabuhan-pelabuhan Pelindo lebih mudah diterapkan setelah merger," kata Setijadi kepada Kompas.com, Rabu (20/9/2023).

Ia menjelaskan, produktivitas box ship hour (BSH) atau jumlah kontainer yang dapat ditangani per jam di beberapa pelabukan semakin meningkat pascamerger.

Di Pelabuhan Belawan, misalnya, BSH meningkat dari 20 menjadi rata-rata 38, di Makassar dari 20 menjadi rata-rata 34, dan di Sorong dari 10 menjadi rata-rata 25 pada periode tersebut. Selain itu, vessel port stay atau waktu kedatangan hingga keberangkatan kapal juga mengalami penurunan di beberapa pelabuhan.

Baca juga: Pertamina-Pelindo Kerja Sama Bangun Terminal BBM Hijau dan Canggih di Jakarta Utara

Penguatan sinergi antarwilayah

Pelindo tengah membangun sejumlah infrastruktur demi mendukung proyek strategis Indonesia.Dok. Pelindo Pelindo tengah membangun sejumlah infrastruktur demi mendukung proyek strategis Indonesia.

Sementara itu, pengamat Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Raja Oloan Saut Gurning mengatakan, proses bisnis atau jasa subholding kini mulai menguat pascamerger.

Menurut dia, penguatan ini secara faktual mendorong proses sinergi antarwilayah dalam jasa atau subholding yang sama.

"Sehingga kapasitas jasa bertambah, termasuk gap luaran atau kinerja menjadi lebih kecil," kata Saut, Selasa (19/9/2023).

Pascamerger Pelindo, Saut melihat perbedaan antarwilayah dalam jasa kini juga menjadi lebih sebanding secara umum.

Halaman:

Terkini Lainnya

Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com