Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948

Kompas.com - 18/09/2023, 05:45 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peristiwa pemberontakan PKI Madiun terjadi pada 18 September 1948. PKI atau Partai Komunis Indonesia melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia yang saat itu dipimpin Ir Sukarno. 

Peristiwa pemberontakan PKI Madiun terjadi di Madiun, sebuah kabupaten di Jawa Timur. 

Gerakan PKI Madiun dianggap sebagai ancaman bagi keutuhan NKRI karena Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Musso memproklamasikan Republik Soviet Indonesia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Tanjung Priok 1984, Apa yang Terjadi?

Penyebab pemberontakan PKI Madiun 1948

Dikutip dari Kompas.com (13/12/2021), pemberontakan PKI Madiun tak bisa dilepaskan dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin pada 1948.

Saat itu, Amir menjadi Perdana Menteri dan menandatangani Perjanjian Renville yang ternyata hasil perundingannya sangat merugikan Indonesia. 

Disebutkan dalam hasil Perjanjian Renville, wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda hanya Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera. 

Karena dituding membawa kerugian bagi Indonesia, setelah itu Kabinet Amir jatuh dan diambil alih oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Amir yang tidak sejalan dengan Kabinet Hatta lalu membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948.

Hal itu membuatnya menjadi bagian dari partai oposisi kabinet susunan Hatta dan FDR menjadi golongan yang menyatukan komunis dan sosialis kiri.

Berikut ini sejumlah partai yang tergabung dalam FDR: 

  • Partai Komunis Indonesia (PKI)
  • Partai Sosialis Indonesia (PSI)
  • Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo)
  • Partai Buruh Indonesia (PBI)
  • Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia.

Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996, Sejarah, Tokoh, dan Kronologinya

FDR terus berkembang

Seiring berjalannya waktu, FDR yang dipimpin oleh Amir berubah menjadi radikal dan programnya fokus dalam menentang Kabinet Hatta.

Dilansir dari Kompas.com (26/4/2021), FDR memiliki dua basis kekuatan utama, yaitu TNI-Masyarakat dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang merupakan organisasi buruh terbesar dengan hampir 300.000 anggota.

Kebencian terhadap pemerintah semakin bertambah saat Hatta memulai program rasionalisasi dan memandang TNI-Masyarakat sebagai organisasi militer berhaluan komunis yang tidak terlatih.

FDR lantas mulai mencari dukungan dari kaum petani dan buruh yang didorong untuk mogok kerja. Pemerintah kemudian marah dan menuding pemogokan sebagai tindakan yang membahayakan negara.

Baca juga: Peristiwa Pembantaian Nanjing 13 Desember 1937, Ratusan Ribu Warga Sipil Tewas

 

Musso kembali

Situasi semakin memanas saat tokoh komunis Indonesia yang pernah belajar di Uni Soviet, Musso, kembali ke Indonesia. 

Saat kembali itulah, Musso lalu membentuk badan baru yang terdiri dari partai-partai sayap kiri.

Amir dan Musso bersama kelompok mereka lantas melakukan perjalanan propaganda ke Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyebarkan paham komunis.

Masuk bulan September 1948, pemerintah dan golongan sayap kiri melancarkan aksi saling culik.

Hingga pada akhirnya, Madiun di Jawa Timur menjadi daerah yang tersisa sebagai benteng terakhir FDR.

Hal itu membuat pimpinan FDR lokal di Madiun khawatir sehingga pecah pemberontakan pada 18 September 1948.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pembantaian terhadap 2.000 Orang Asing di Kremlin, Rusia

Pemberontakan 18 September 1948

Pada 18 September 1948 pukul 03.00 pagi, FDR Madiun mulai merebut pejabat pemerintah daerah, sentral telepon, dan markas tentara yang dipimpin oleh Sumarsono dan Djoko Sujono.

Dalam serangan ini, terdapat dua perwira yang tewas terbunuh dan empat orang terluka. Hanya dalam hitungan jam, Madiun sepenuhnya sudah berhasil dikuasai FDR.

Dua anggota FDR yaitu Setiadjit dan Wikana mengambil alih pemerintahan sipil dan membentuk Front Pemerintah Nasional Daerah Madiun.

Setelah mendengar apa yang terjadi, Musso dan Amir menuju Madiun untuk mendiskusikan situasi bersama Sumarsono, Setiadjit, dan Wikana.

Pada 19 September 1948 malam, Presiden Soekarno menyatakan bahwa pemberontakan Madiun adalah upaya untuk menggulingkan pemerintah Indonesia dan Musso sudah membentuk Republik Soviet Indonesia.

Di malam yang sama, Musso menyatakan perang terhadap Indonesia dengan menuding Sukarno dan Hatta menjadi budak imperialisme Amerika dan pengedar Romusha.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 6 Desember 1928, Pembantaian Buruh Perkebunan Pisang di Kolombia

FDR mencoba berdamai

Akan tetapi, beberapa pemimpin FDR justru memutuskan untuk tidak memihak dengan Musso dan menyatakan kesediaan untuk berdamai dengan pemerintah Indonesia.

Mereka juga melakukan siaran melalui radio bahwa apa yang terjadi di Madiun bukan kudeta, melainkan upaya untuk mengoreksi kebijakan pemerintah.

Sayangnya, pemerintah Indonesia terlihat abai terhadap upaya FDR untuk mengakhiri konflik yang terjadi saat itu.

Pemerintah justru menggunakan kesempatan ini untuk menghilangkan sayap kiri di Indonesia.

Pihak pemerintah lantas mengirimkan Brigade Siliwangi Letkol Sadikin untuk mengerahkan pasukannya dan menguasai Madiun.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pembantaian My Lai, Vietnam, Tewaskan 504 Warga Sipil

Akhir pemberontakan

Untuk menghindari konflik dengan TNI, FDR/PKI pun mundur ke pegunungan di sekitar Madiun.

Di bawah komando Amir, mereka melarikan diri dari Madiun dan menuju ke sebuah desa kecil bernama Kandangan, tempat di mana mereka menemukan amunisi dan senjata.

Namun, ternyata desa itu sudah diduduki oleh Batalion Divisi Sungkono yang dipimpin oleh Mayor Sabarudin.

Pada 28 Oktober 1948, pemerintah menangkap 1.500 orang. Setelah itu, Musso berhasil ditembak mati pada 31 Oktober 1948 ketika sedang bersembunyi di kamar kecil.

Sebulan kemudian, 29 November, Djoko Sujono dan Maruto Darusman juga ditangkap. Amir pun tak luput ikut tertangkap pada 4 Desember 1948.

Amir, Maruto, Djoko, Suripno, dan tokoh FDR lain dieksekusi pada 19 Desember 1948. Hal itu menjadi tanda pemberontakan berhasil dipadamkan.

Disebutkan, jumlah korban dalam peristiwa PKI Madiun diperkirakan sekitar 24.000 orang. Sebanyak 8.000 orang di antaranya dari Madiun, 4.000 di Cepu, dan 12.000 di Ponorogo.

Pemberontakan ini juga menewaskan Gubernur Jawa Timur saat itu, RM Suryo, serta beberapa tokoh lainnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Pembantaian 800 Penduduk di El Mozote

(Sumber: Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino, Serafica Gischa | Editor: Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com