Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambu Jepang Berbunga untuk Pertama Kali sejak 120 Tahun, tetapi Bisa Jadi Tanda Bencana

Kompas.com - 09/09/2023, 08:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Spesies bambu yang ditemukan di seluruh Jepang, Phyllostachys nigra var. henonis, mulai berbunga untuk pertama kalinya sejak 120 tahun.

Meski menunggu waktu lama untuk berbunga, keindahan tanaman ini akan segera berakhir seiring dengan usianya yang tak lagi panjang.

Dikutip dari IFL Science, Kamis (7/9/2023), jarak waktu pembungaan yang lebih dari satu abad membuat ahli botani tidak mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari bagaimana bambu beregenerasi.

Bahkan, peristiwa langka ini terakhir terjadi pada 1908, meski beberapa bambu berbunga antara 1903 dan 1912.

Dengan demikian, berbunganya bambu yang kerap disebut bambu henon ini sebenarnya diprediksi akan kembali terjadi 120 tahun kemudian, yakni pada 2028.

Baca juga: PM Jepang Makan Ikan Laut dari Fukushima untuk Hilangkan Kekhawatiran


Berhasil diteliti, tetapi masih menjadi misteri

Para peneliti di Hiroshima University menemukan, sebatang bambu henon berbunga pada awal 2020.

Mereka pun tak melewatkan kesempatan langka ini untuk menelitinya, dan mempublikasikan temuan di jurnal Plos One pada 12 Juni 2023.

Kendati berhasil dipublikasikan, para peneliti masih belum berhasil memecahkan misteri mengapa tak ada satu pun tanaman bambu baru, meski mereka telah menghasilkan bunga dan biji.

"Bambu tersebut tidak menghasilkan benih yang dapat berkecambah. Produksi rebung dihentikan setelah pembungaan," ujar penulis pertama, Toshihiro Yamada, dikutip dari Cosmos Magazine, Rabu (8/9/2023).

"Tidak ada tanda-tanda regenerasi bambu ini setelah berbunga selama tiga tahun pertama," sambungnya.

Kondisi tersebut menyiratkan bahwa spesies Phyllostachys nigra var. henonis sulit untuk diregenerasi atau lambat dalam beregenerasi.

Padahal, fakta menunjukkan bahwa bambu yang berasal dari China ini telah bertahan di Negeri Matahari Terbit selama lebih dari 1.000 tahun.

Tanaman tersebut bahkan menjadi salah satu jenis bambu paling umum di Jepang, yang memiliki sekitar 1.700 kilometer persegi hutan bambu.

"Phyllostachys nigra var. henonis pasti telah beregenerasi berulang kali, karena ia pasti telah mengalami banyak peristiwa berbunga selama periode ini," ungkap Yamada.

Baca juga: Imbas Limbah Nuklir, Amankah Mengonsumsi Makanan Laut dari Jepang?

Regenerasi lambat bisa picu dampak ekonomi

Para peneliti mengungkapkan, lambatnya regenerasi dapat menimbulkan dampak ekonomi cukup besar bagi Jepang.

"Karena memainkan peran penting dalam masyarakat manusia di Jepang, matinya seluruh tanaman setelah berbunga akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar," terang Yamada.

Tidak hanya itu, penurunan populasi bambu juga akan berdampak pada lingkungan, termasuk perubahan vegetasi atau tumbuh-tumbuhan, serta penutupan lahan bekas tegakan bambu.

"Jadi tegakan bambu akan berubah menjadi padang rumput setelah berbunga, setidaknya selama beberapa tahun. Kita mungkin perlu mengelola perubahan drastis ini setelah bambu berbunga," kata Yamada.

Guna mengantisipasi dampak buruk ini, para peneliti menyarankan untuk mulai melakukan pemupukan dan penanaman tegakan bambu henon baru.

Baca juga: Mengenal 7 Pulau Kucing di Jepang, Ada yang Populasinya Melebihi Penduduk

Penelitian juga menunjukkan, penebangan bambu bisa membuahkan peluang untuk lebih menyuburkan bambu henon.

Namun, setelah tanaman baru berdiri, diperlukan upaya besar untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

"Penebangan tegakan bambu memakan waktu dan tenaga karena sistem bawah tanahnya yang padat," tulis para peneliti dalam studi.

"Jika lahan bambu perlu dibersihkan untuk keperluan lain, periode setelah berbunga saat bambu lemah, jelas merupakan waktu terbaik," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan 'Junk Food'

Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan "Junk Food"

Tren
Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com