Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro Kontra Penyemprotan Air untuk Tangani Polusi Udara Jakarta

Kompas.com - 29/08/2023, 10:29 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengatasi masalah polusi udara di ibu kota. Mulai dari kebijakan work from home (WFH) bagi aparatur sipil negara (ASN), penyemprotan air di jalan, dan modifikasi cuaca.

Diberitakan Kompas.com, Senin (28/8/2023), penyemprotan air dilakukan di beberapa ruas jalan ibu kota tiap dua kali sehari, yakni pada pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB menggunakan mobil pemadam kebakaran, mobil pengangkut air, dan di gedung-gedung tinggi.

Upaya itu juga tertuang dalam Instruksi Mendagri (Inmendagri) Nomor 2 Tahun 2023 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 22 Juli 2023.

Namun, penyemprotan air justru menuai pro dan kontra di kalangan pemerhati lingkungan hidup hingga akademisi.

Sebagian mengklaim bahwa upaya tersebut mampu mengurangi polutan udara di DKI Jakarta. Tetapi, sebagaian lainnya justu berkata sebaliknya.

Baca juga: Batuk Jokowi dan Bahaya Polusi Udara bagi Kesehatan...

Baca juga: 10 Penyakit yang Bisa Disebabkan oleh Polusi Udara, Apa Saja?

1. DLH DKI Jakarta: Penyemprotan turunkan kadar polutan

Dikutip dari Kompas.com, Senin (28/8/2023), Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan bahwa penyiraman air dari gedung-gedung tinggi di ibu kota menggunakan alat water mist lebih efektif ketimbang penyemprotan air di jalan dengan mobil.

Hal itu sebagaimana hasil dari penyemprotan yang dilakukan lewat gedung tinggi Pertamina.

"Jadi kami melakukan penyemprotan dari atas gedung Pertamina dan di bawahnya langsung diukur dengan alat PM 2,5," kata Asep.

Hasilnya, papar dia, terjadi penurunan kadar polutan PM 2,5 di sekitar gedung Pertamina setelah penyiraman air dari atap menggunakan alat water mist.

Asep juga mengatakan, data resmi efektivitas pemanfaatan water mist menekan polusi udara itu akan disampaikan dalam rapat koordinasi dengan pemerintah pusat.

Baca juga: Bahaya Manakah Polusi Udara dengan Mengisap Rokok?

2. Pj Gubernur DKI: Pernah dilakukan negara di ASEAN

Penyemprotan menggunakan drone jauh lebih cepat dan efisien ketimbang penyemprotan secara manual. DOK. Pemkab Kediri Penyemprotan menggunakan drone jauh lebih cepat dan efisien ketimbang penyemprotan secara manual.

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan pihaknya telah mendengar kritik terkait penyemprotan air tersebut.

Menanggapi hal tersebut, dia mengatakan bahwa salah satu negara di ASEAN telah melakukan hal itu untuk mengatasi polusi.

"Ya dikritik kan karena ada PM 10 terpecah jadi PM 2.5. Saya tahu itu, tapi di salah satu kota di ASEAN melakukan itu (penyemprotan) dan memang beda situasi mungkin ya. Tapi mereka melakukan itu," kata dia, dilansir dari Kompas.com, Senin.

Eks Wali Kota Jakarta Utara itu mengaku bakal menghentikan upaya penyemprotan jalan apabila hasil evaluasi membuktikan bahw aupaya tersebut tidak efektif.

Baca juga: Guru Besar FKM UI: Penyemprotan Air di Jalan Tidak Efektif Kurangi Polusi

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com