Tingkat profit menurun karena meningkatnya biaya pemasaran untuk mempertahankan produk tatkala menghadapi persaingan.
Kelima, kemunduran. Periode ketika penjualan jatuh atau turun dan profit merosot.
Konsep PLC dapat mendeskripsikan kelas produk (rekaman musik), bentuk produk (kaset) dan brand (BASF). Atau contoh lain mobil bensin (kelas produk), tipe SUV (bentuk produk) dan bermerek Honda CRV (brand).
Konsep PLC diaplikasikan berbeda di tiap kasus. Kelas produk memiliki umur daur hidup paling panjang. Penjualan banyak kelas produk berada di tahap kedewasaan dalam waktu yang lama.
Bentuk produk, memiliki bentuk PLC yang standar. Bentuk produk seperti telepon analog, kaset, kaset video format VHS dan kamera film melalui daur hidup reguler, yaitu perkenalan, pertumbuhan cepat, dewasa dan kemunduran.
Daur hidup merek khusus dapat berubah cepat karena perubahan serangan kompetitif dan responsif.
Contoh, sabun cuci (kelas produk) menikmati daur hidup yang panjang, daur hidup bentuk produk (sabun batangan) dan merek spesifik memiliki kecenderungan hidup lebih pendek.
Penerapan PLC membantu pemasar untuk menentukan strategi yang tepat di setiap daur hidup kehidupan produk. Produk pada setiap tahap memerlukan perlakuan yang berbeda.
Langkah awal yang mesti dilakukan pemasar tentu saja mengidentifikasi produk berada pada tahap apa.
Pada tahap pengenalan, strategi ditekankan pada perusahaan pionir yang memperkuat pijakan pada segmen pasar yang dituju.
Tahap pertumbuhan, perusahaan menggenjot perbaikan kualitas produk, promosi, dan distribusi untuk memperoleh posisi yang dominan.
Pada tahap kedewasaan, ketika pertumbuhan penjualan dan profit mulai melambat, perusahaan dapat memodifikasi pasar dan produk. Modifikasi pasar diarahkan untuk menemukan pengguna baru atau memasuki segmen pasar baru.
Modifikasi produk difokuskan pada pengubahan fitur, kualitas, gaya, pengemasan dan teknologi untuk mempertahankan pelanggan aktual atau menarik pelanggan baru.
Pada tahap kemunduran, ketika penjualan dan profit mulai tergerus hingga mengalami kerugian, perusahaan harus memutuskan apakah produk akan dipertahankan, dijual atau dihentikan.
Jika produk mau dipertahankan, apakah brand perlu diposisikan kembali (repositioning) atau disegarkan kembali (reinvigorating).