Oleh: Frangky Selamat*
MASIH melintas di dalam benak ribuan koleksi kaset dari berbagai genre musik yang diletakkan di etalase kaca toko kaset terbesar di Jakarta.
Pecinta musik kerap mendatangi toko ini karena koleksinya yang lengkap. Walau lokasinya berada di daerah padat yang langganan macet, tidak mengurangi animo pemburu kaset untuk datang.
Juga piringan laser disc, dvd, vcd, sebagai media untuk menonton film layar lebar, menjadi favorit masa itu, menyaingi keberadaan bioskop yang masih cukup populer hingga kini.
Atau jauh pada masa sebelumnya, ketika orang masih menggunakan format video betamax atau VHS untuk menonton film di rumah, hingga memunculkan bisnis rental video.
Sementara ketika orang ingin mengambil foto, format rol film digunakan hingga mempopulerkan jenama seperti Kodak Film atau Fuji Film. Bisnis cuci cetak film pun merebak di mana-mana.
Itu semua terjadi di era 1980-an, 1990-an, hingga awal 2000. Produk-produk tersebut kini telah “menghilang” karena sudah ketinggalan zaman, digantikan dengan produk modern yang berteknologi tinggi.
Fenomena “matinya” produk dianalisis oleh ekonom Raymond Vernon pada pertengahan 1960-an melalui teori Product Life Cycle (PLC) sebagai respons atas kegagalan model Heckscher-Ohlin untuk menjelaskan pola perdagangan internasional.
Dari kaca mata pemasaran teori Product Life Cycle mendeskripsikan perjalanan penjualan dan keuntungan produk dari waktu ke waktu.
PLC memiliki lima tahap: pertama, pengembangan produk. Perusahaan menemukan dan mengembangkan ide produk baru.
Selama pengembangan produk, penjualan belum ada dan investasi perusahaan memakan biaya. Keuntungan perusahaan masih minus.
Kedua, perkenalan. Periode pertumbuhan penjualan yang lambat karena produk masih dalam tahap perkenalan di pasar.
Belum ada profit di tahap ini karena biaya besar selama tahap perkenalan produk, meskipun sudah ada pengurangan kerugian dan perusahaan mulai beranjak meraih keuntungan.
Ketiga, pertumbuhan. Periode penerimaan pasar yang cepat dan peningkatan profit. Perusahaan mulai mengalami keuntungan.
Keempat, kedewasaan. Periode perlambatan pertumbuhan penjualan karena produk telah mencapai penerimaan sebagian besar pembeli potensial.