Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Fenomena "Brain Drain" yang Dikaitkan dengan Perpindahan WNI ke Singapura

Kompas.com - 14/07/2023, 19:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dirjen Imigrasi Silmy Hakim menyinggung soal fenomena brain drain di tengah banyaknya Warga Negara Indonesia (WNI) yang pindah ke Singapura per tahunnya.

Menurutnya, WNI pindah ke Singapura patut diwaspadai sebagai alarm kemungkinan pelarian modal manusia atau brain drain.

Pasalnya, jumlah WNI yang pindah ke Singapura cukup banyak dan fakta bahwa mereka yang pindah merupakan warga intelek di usia yang masih produktif.

"Ini fenomenanya kan yang pindah itu adalah orang-orang produktif memiliki keahlian, expertise, dan talenta-talenta baik ini kan merupakan aset. Bagaimana kita menjaga mereka supaya ada di Indonesia? Itu kan menjadi PR bersama," ujarnya, dilansir dari Kompas.com, Kamis (14/7/2023).

Sebelumnya, Silmy sempat mengatakan bahwa sebanyak 1.000 mahasiswa asal Indonesia yang berusia 25-35 tahun memutuskan untuk menjadi warga negara Singapura per tahunnya.

Alasannya beragam, mulai dari kesempatan bekerja, infrastruktur, dan pendidikan yang lebih baik.

Lantas, apa itu brain drain?

Baca juga: WNI Ceritakan Alasan Pindah Jadi Warga Negara Singapura


Pengertian brain drain

Dihubungi Kompas.com, Jumat (12/7/2023), Sosiolog Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho menjelaskan, secara sederhana, brain drain adalah fenomena hengkangnya modal sumber daya manusia (SDM) dari satu negara ke negara lain.

Brain drain umumnya terjadi pada orang-orang cerdas dan pandai yang tidak kembali ke asalnya dan memilih untuk memutuskan menetap di negara lain.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono mengatakan, fenomena brain drain di Indonesia tidak hanya terjadi pada WNI yang memutuskan untuk menetap di Singapura, tetapi juga WNI yang tinggal di Amerika Serikat.

"(Mereka) yang memiliki kepandaian yang intelektual capitalnya itu tinggi itu justru memilih bekerja di negara lain bahkan menetap di negara lain," terang dia, saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Dirjen Imigrasi: 3.912 WNI Potensial Jadi WN Singapura Sepanjang 2019-2022

Penyebab fenomena brain drain

Lebih lanjut, Drajat menjelaskan bahwa fenomena brain drain bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, mulai dari pull factor (faktor penarik) dan push factor (faktor pendorong).

Menurutnya, keputusan WNI pindah ke Singapura disebabkan oleh adanya pull factor.

"(Mereka) lebih mudah terfasilitasi dan lebih dihargai. Ditambah lagi penghargaannya tinggi, gajinya tinggi. Kemudian tidak hanya dikasih gaji tapi fasilitas, seperti rumah, mobil disediakan, dan diberi posisi penting," jelas Drajat.

Faktor dorongan lainnya juga bisa diperoleh dari jaminan-jaminan masa depan yang diperoleh pada WNI.

Adapun push factor merupakan kebalikan dari pull factor.

Dalam hal ini, Drajat mengatakan bahwa pull factor WNI pindah ke Singapura didasari oleh keterbatasan kesempatan, peluang, dan penyediaan yang layak di Indonesia karena tingginya kompetisi yang terlalu besar.

"Selain kompetisi yang terlalu luas, juga ada persepsi yang sudah banyak berkembang bahwa untuk menempati posisi-posisi penting itu perlu jaringan sehingga menimbulkan kompetisi yang tidak pada kompetensi," tuturnya.

Kasus seperti ini terjadi pada lingkup kerja yang cenderung menerapkan nepotisme.

Faktor lain penyebab brain drain adalah minimnya pengakuan dan penghargaan terhadap pengembangan pendidikan dan inovasi seseorang.

"Pemikiran inovasi mereka itu di Indonesia dirasakan kurang. Dana riset kita secara nasional kecil. Sehingga support-support kepada masyarakat baik intelektual maupun masyarakat umum yang punya ide kreatif itu dirasakan masih kurang," jelasnya.

Baca juga: Dirjen Imigrasi: 1.000 Mahasiswa RI Jadi WN Singapura Per Tahun, Ada Tawaran Khusus

Sementara itu, Sosiolog Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho mengungkap, brain drain disebabkan oleh 3 faktor, yakni faktor politik, ekonomi, dan sosial. Berikut penjelasannya:

1. Faktor politik

Di Indonesia, brain brain akibat faktor politik juga sempat terjadi, yakni ketika Orde Baru mulai berkuasa.

"Para mahasiswa Indonesia di Uni Soviet memilih untuk tidak kembali ke Tanah Air, begitu pula terdapat gelombang intelektual Tanah Air yang lebih memilih pindah ke luar negeri ketika Orde Baru berkuasa, terutama berpindah ke Australia," terang Wahyu.

2. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi bisa disebabkan karena negara tujuan yang dinilai lebih mampu memberikan kesejahteraan dibandingkan negara asal.

"Contohnya banyaknya warga Meksiko yang berpindah ke Amerika Serikat, baik secara legal maupun illegal untuk penghidupan ekonomi, banyaknya warga dunia yang berpindah ke Australia karena Australia menjadi salah satu negara dengan upah minimum terbesar," kata Wahyu.

3. Faktor sosial

Faktor sosial datang dari lingkungan sosial dan jaminan sosial yang lebih baik.

"Sebagai misal, banyak orang tertarik berpindah ke Kanada karena karakter masyarakat mereka dinilai ramah, tidak se-individualis dan egois masyarakat Barat lainnya" ujar dia.

Di sisi lain, jaminan sosial di Kanada juga mencakup pendidikan, kesehatan, dan berbagai pelayanan publik lainnya dinilai menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] WNI Ungkap Alasan Pindah Jadi Warga Negara Singapura | HP di Meja Kim Jong Un

Dampak brain drain

Tidak bisa dipungkiri, dampak brain drain bisa merugikan negara asal.

Pada kasus perpindahan WNI ke Singapura misalnya, Wahyu mengatakan bahwa dampak negatif bakal dirasakan Indonesia, di antaranya:

  1. Indonesia kehilangan atau kekurangan SDM berkualitas
  2. Jika brain drain berlangsung secara masif, bisa menghambat pembangunan suatu negara. Contohnya terjadi pada kasus Kuba.
  3. Memengaruhi citra Indonesia yang dianggap tidak mampu memfasilitasi dan memberikan penghidupan yang layak bagi SDM berkualitas di negara sendiri
  4. Terputusnya regenerasi intelektual Tanah Air karena para ilmuwan senior yang seharusnya bisa menjadi mentor bagi para ilmuwan junior justru menetap di negara lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Terima Kasih, Prof. Salim Said

Terima Kasih, Prof. Salim Said

Tren
10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

Tren
Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

Tren
Film Vina dan Fenomena 'Crimetainment'

Film Vina dan Fenomena "Crimetainment"

Tren
5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com