Otto pun mulai membangun perangkat lunak untuk perusahaan minyak serta program untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.
Tiga tahun kemudian, pada 1983, Otto mulai bergabung dengan Bank Bali untuk membuat sebuah software akuntansi yang memudahkan para pegawai.
Hingga pada 1989, bermodalkan 200.000 dollar AS, dirinya mulai mendirikan perusahaan perangkat lunak yang diberi nama Sigma Cipta Caraka.
Tak sendiri, saat itu Otto bekerja sama dengan enam mantan pegawai Bank Bali lain, termasuk Marina Budiman yang kini menjabat sebagai presiden komisaris DCI.
Sigma Cipta Caraka cukup memberikan angin segar untuk perkembangan teknologi masa itu, khususnya di bidang perbankan.
Perkembangan perusahaan seiring dengan kebijakan pemerintah yang baru saja menderegulasi industri perbankan.
Saat itu, jumlah bank di Indonesia merangkak pesat. Semula, pada 1988, perbankan tercatat hanya 111 bank. Namun pada 1994, jumlahnya naik menjadi 240 bank.
Masih masa itu, tenaga IT di perbankan pun sangat amat dibutuhkan. Kondisi ini tentu menjadi ceruk yang sangat besar bagi Sigma Cipta Caraka, hingga meraup pendapatan 1,2 juta dollar AS.
Baca juga: Bill Gates Ingin Keluar dari Daftar Orang Terkaya di Dunia, Apa Alasannya?
Perjalanan karier Otto Toto Sugiri berlanjut hingga dirinya mulai mendirikan penyedia layanan internet (ISP) pertama di Indonesia pada 1994.
Dinamakan Indointernet, ISP ini memudahkan masyarakat untuk dapat menjelajahi situs di seluruh dunia untuk pertama kalinya.
Adapun kini, perusahaan tersebut dikenal sebagai PT Indointernet Tbk, dengan Otto sebagai presiden komisioner sejak 2012.
Tak berhenti di situ, Otto kemudian membangun anak perusahaan Sigma, Balicamp, dengan proyek membuat pemeriksa ejaan bahasa Indonesia untuk Microsoft.
Namun sayang, anak perusahaan ini harus ditutup setelah peristiwa Bom Bali pada 2002.
Bisnis yang goyah akibat insiden kelam itu membuat Otto pada 2008 memutuskan untuk menjual 80 persen kepemilikan saham Sigma kepada Telkom Indonesia.
Sempat berpikir untuk pensiun, tak lama dia mendapat ide saat pemerintah Indonesia mengumumkan akan menggunakan data Indonesia di darat guna mencegah penggunaan pusat lepas pantai.
Otto yang melihat peluang pun menarik enam rekan lain untuk mendirikan Data Center Indonesia (DCI) pada 2011.
Baca juga: Kembali Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Siapa Hartono Bersaudara?
Meski bisa dibilang telah mendulang kesuksesan, Otto Toto Sugiri tetap menekankan pentingnya mengelola uang dengan benar.
Menurut dia, pengelolaan uang merupakan hal yang amat penting dalam hidup, termasuk ketika berkeluarga.
Kepada Kompas.com, Otto berpesan bahwa satu hal krusial dalam hidup adalah tidak menggunakan pinjaman untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Prinsip itu juga ditanamkan kepada para pekerjanya, yang saat ini mayoritas dari golongan milenial.
"(Untuk anak muda) jangan sampai kalian tergantung dari pinjaman untuk hidup," kata dia.
"Saya enggak akan memberi pinjaman (kepada karyawan) untuk beli mobil. Tapi saya ngerti kalau meminjam untuk beli rumah, karena rumah lebih ke investasi, sementara mobil itu jadi pengeluaran. Kan lebih baik beli rumah daripada sewa," lanjutnya.
Bahkan, saat masih kuliah di Jerman, Otto sempat mencoba beragam profesi untuk mencukupi kebutuhannya.
Satu prinsip yang ia pegang hingga saat ini, yakni tidak meminta-minta, termasuk kepada sang ayah yang kala itu berprofesi sebagai bankir.
"Yang penting tidak mencuri uang orang lain, dan tidak meminta-minta. Kalau saya enggak punya uang, saya jadi sopir taksi saat weekend," pungkasnya.
(Sumber: Kiki Safitri | Editor: Maya Citra Rosa, Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya