Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjalanan Siddharta Gautama Menyebarkan Agama Buddha

Kompas.com - 04/06/2023, 13:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Ia pergi untuk menjadi seorang pertapa yang bertujuan menemukan cara untuk menghilangkan penderitaan atau membebaskan manusia dari usia tua, sakit, dan mati.

Keputusannya ini muncul setelah dirinya berjumpa dengan orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa yang sebelumnya dilarang ditemuinya.

Siddharta kemudian bermeditasi menggunakan berbagai guru spiritual yang membimbingnya. Ia bermediasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan penerangan Agung.

Setelah enam tahun, konon Siddharta mendapatkan kenyataan bahwa bertapa dengan menyiksa diri maupun hidup terlalu berfoya-foya, bukanlah jawaban akan sesuatu hal yang mampu melampaui penderitaan dan karma.

Baca juga: Akhir Perjalanan Biksu Jalan Kaki dari Thailand ke Candi Borobudur, Jadi Thudong Pertama di Indonesia

Umbul Jumprit Temanggung, tempat pengambilan air berkah yang digunakan untuk upacara Tri Suci Waisak di Candi Borobudur.
kemenag.go.id Umbul Jumprit Temanggung, tempat pengambilan air berkah yang digunakan untuk upacara Tri Suci Waisak di Candi Borobudur.

Pemikiran tersebut dianggap menyimpang dari aliran Hindu pada masa itu.

Alhasil, ia pun mengembara ke sebelah selatan India untuk mencari prinsip-prinsip spiritual yang dapat membentuk fondasi Buddhisme.

Pada akhirnya di bawah pohon Bodhi, ia memperoleh apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan cara-cara mendapatkan kelepasan yang tersimpul dalam pandangan filosofis.

Pertapa Siddharta telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun.

Baca juga: Sejarah dan Perayaan Hari Waisak di Indonesia

Menyebarkan agama Buddha

Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (9/5/2017). Api ini akan disemayamkan di Candi Mendut lalu keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak. 
KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (9/5/2017). Api ini akan disemayamkan di Candi Mendut lalu keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.

Buddha Gautama mendapat gelar setelah mencapai pencerahan sempurna, seperti Buddha Gautama, Sakyamuni, Tathagata (Ia Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), Bhagava (Yang Agung).

Dia menyampaikan khotbah pertamanya di Taman Rusa, Isipatan, Samath kepada lima pertama yang dulu menjadi rekan bertapanya.

Selama 45 tahun, ia menyampaikan khotbahnya demi kebahagiaan umat manusia hingga memasuki Maha Pari-Nibbana di Kusinara pada usia 80 tahun.

Dikutip dari Kompas.com (2022), sepanjang hidupnya, Buddha Gautama menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang hingga dirinya meninggal pada 486 SM. 

Setelah Sang Buddha meninggal, tidak ada penerus yang menyebarkan ajarannya karena muncul banyak aliran agama Buddha dalam waktu 400 tahun.

Beberapa aliran agama Buddha adalah Buddha Nikaya dan Buddha Mahayana yang masih tersisa hingga sekarang.

Baca juga: Waisak 4 Juni 2023, Kapan Ada Tanggal Merah Lagi? Berikut Daftar Hari Libur Naisonal 2023

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com