Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, Latar Belakang, dan Tokoh-tokohnya

Kompas.com - 19/05/2023, 13:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Sejarah sebelum berdirinya Boedi Oetomo

Sebelum berdirnya Boedi Oetomo, Dr Wahidin Soedirohoesodo berkeliling Jawa mencari dana untuk membiayai pelajar yang pandai namun tidak memiliki biaya untuk pendidikan pada 1908.

Saat Dr Wahidin di Jakarta, ia bertemu dengan tiga mahasiswa kedokteran STOVIA, yakni Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeradji.

Mereka sudah sejak lama mengagumi Dr Wahidin melalui majalah Retno Doemilah.

Dalam pertemuan tersebut, Soetomo mengusulkan kepada Wahidin agar usaha-usahanya diperluas. Tak hanya bidan pendidikan, namun juga pertanian, peternakan, perniagaan, industri, dan kesenian.

Untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut, dibutuhkan organisasi atau perkumpulan untuk mewadahinya. Usul itu pun diterima oleh Wahidin.

Kemudian Soetomo bersama teman-temannya pun menyiapkan sebuah pertemuan besar dengan didanai sendiri.

Dana tersebut didapatkan dari menjual sarung plekat yang kala itu sangat laris. Ada juga yang menjual sorban dan ada yang menyumbang uang jajan.

Akhirnya pada 20 Mei 1908, pertemuan itu dilaksanakan yang juga menandai berdirinya Boedi Oetomo.

Pada pertemuan itu juga membahas peraturan-peraturan dasar Boedi Oetomo, seperti tujuan, rancangan kegiatan, anggota, serta pengurus organisasi.

Boedi atau budi sendiri mempunyai arti kepribadian, sedangkan oetomo atau utomo berarti luhur.

Bahasa yang dipakainya pun adalah bahasa Melayu, bukan bahasa Jawa. Hal itu menunjukkan sifat nasionalisme bukan kedaerahan dari perkumpulan tersebut.

Baca juga: Ramai soal Universitas Harvard Ajarkan Bahasa Indonesia mulai 2023, Ini Penjelasannya

Tokoh berdirinya Boedi Oetomo

Dikutip dari Kompas.com (19/5/2023), total ada sembilan mahasiswa dari STOVIA yang mendirikan Boedi Oetomo.

Sembilan mahasiswa sebagai tokoh pendiri STOVIA tersebut yaitu Soetomo, Mohammad Soelaiman, Soeradji Tirtonegoro, Mohammad Saleh, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, RM Goembrek, M Soewarno, dan Angka Prodjosoedirjo.

Dalam perjalannya, terdapat tokoh lain yang ikut bergabung yakni Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Tjipto Mangoekoesoemo, Tirto Adhi Soerjo, Raden Adipati Tirtokoesoemo, Pangeran Noto Diprodjo, dan masih banyak lainnya.

Awalnya, keanggotan organisasi ini berisikan golongan berpendidikan di Jawa dan Madura saja.

Namun, akhirnya keanggotan Boedi Oetomo meluas sampai Bali dan dilakukan dengan tidak melihat keturunan, jenis kelamin, atau agamanya.

Dalam kongres pertama pada Oktober 1908 di Yogyakarta, tercetus tujuan lebih matang dari berdirinya Boedi Oetomo yaitu untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terhormat melalui pergerakan dalam bidang pengajaran, pendidikan, dan kebudayaan.

Pada akhirnya, Boedi Oetomo dibubarkan pada 1935, setelah organisasi ini melebur ke dalam Partai Indonesia Raya atau Parindra dibawah pimpinan Soetomo.

Baca juga: Di Balik Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei...

Sejarah penetapan Hari Kebangkitan Nasional

Momen penetapan Hari Kebangkitan Nasional sendiri terjadi pada tahun-tahun awal setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Saat itu, Indonesia yang sudah merdeka masih harus menghadapi kembali Belanda bersama sekutunya untuk menjajah kembali Indonesia setelah sebelumnya Indonesia diambil alih oleh Jepang.

Dalam rangka memperingati berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1948, Ki Hadjar Dewantara sempat mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soekarno mengenai kondisi rakyat yang dirasanya membutkan simbol persatuan baru.

Sehingga Ki Hadjar Dewantara pun ditunjuk sebagai ketua peringatan 40 tahun berdirinya Boedi Oetomo di Gedung Agung Yogyakarta.

Presiden Soekarno dalam pidatonya mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia yang terpecah oleh kepentingan politik agar Bersatu melawan Belanda.

Presiden Soekarno juga menyampaikan bahwa Boedi Oetomo merupakan tonggak dari pergerakan nasional.

Boedi Oetomo merupakan pelopor berdirinya organisasi modern yang pertama, kemudian diikuti berdirinya organisasi-organisasi lain.

Baca juga: 25 Universitas Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2023

Tokoh penting Hari Kebangkitan Nasional

Dilansir dari Kompas.com (24/2/2022), terdapat tiga tokoh yang dianggap penting dari Hari Kebangkitan Nasional, disebut dengan tiga serangkai.

Mereka adalah Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantaram dan Dr Cipto Mangoenkoesoemo. Mereka mendirikan Indiseche Partij (IP) pada 1912.

IP pun mendapat respons positif dari rakyat Indonesia, namun direspons negatif oleh Belanda.

Belanda menganggap IP mengganggu keamanan di Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda. Sehingga akhirnya IP pun terpaksa dibubarkan pada 4 Maret 1913.

(Sumber: Kompas.com/Arum Sutrisni Putri, Nur Fitriatus Shalihah, Verelladevanka Adryamarthanino I Editor: Arum Sutrisni Putri, Rendika Ferri Kurniawan, Puspasari Setyaningrum, Widya Lestari Ningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com