Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, Latar Belakang, dan Tokoh-tokohnya

Hari Kebangkitan Nasional sebagai hari peringatan nasional ditetap oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1959 pada 16 Desember 1959.

Hari peringatan ini berkaitan erat dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada masa sebelum Indonesia merdeka.

Latar belakang Hari Kebangkitan Nasional

Mengutip dari Kompas.com (20/5/2020), latar belakang tanggal 20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena sebagai cikal bakal semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pada 20 Mei 1908, berdiri organisasi Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr Soetomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen).

Sejak saat itu, Indonesia memasuki masa pergerakan nasional, yakni masa bangkitnya rasa nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran yang tinggi untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Berdirinya Boedi Oetomo dikarenakan Soetomo bersama yang lainnya ingin mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.

Keinginan tersebut berkaitan dengan gagasan oleh Dr Wahidin Soedirohoesodo yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa Indonesia.

Munculnya gagasan itu dikarenakan ia melihat kondisi memprihatinkan bangsa Indonesia akibat dari kolonialisme oleh Belanda yang membodohi bangsa jajahannya.

Pada saat itu, pendidikan untuk pribumi sangat rendah dan tidak mendapat informasi dari dunia luar.

Lahirnya Boedi Oetomo menandai dimulainya perjuangan kemerdekaan dengan kekuatan pemikiran dan bersifat nasional.


Sejarah sebelum berdirinya Boedi Oetomo

Sebelum berdirnya Boedi Oetomo, Dr Wahidin Soedirohoesodo berkeliling Jawa mencari dana untuk membiayai pelajar yang pandai namun tidak memiliki biaya untuk pendidikan pada 1908.

Saat Dr Wahidin di Jakarta, ia bertemu dengan tiga mahasiswa kedokteran STOVIA, yakni Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeradji.

Mereka sudah sejak lama mengagumi Dr Wahidin melalui majalah Retno Doemilah.

Dalam pertemuan tersebut, Soetomo mengusulkan kepada Wahidin agar usaha-usahanya diperluas. Tak hanya bidan pendidikan, namun juga pertanian, peternakan, perniagaan, industri, dan kesenian.

Untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut, dibutuhkan organisasi atau perkumpulan untuk mewadahinya. Usul itu pun diterima oleh Wahidin.

Kemudian Soetomo bersama teman-temannya pun menyiapkan sebuah pertemuan besar dengan didanai sendiri.

Dana tersebut didapatkan dari menjual sarung plekat yang kala itu sangat laris. Ada juga yang menjual sorban dan ada yang menyumbang uang jajan.

Akhirnya pada 20 Mei 1908, pertemuan itu dilaksanakan yang juga menandai berdirinya Boedi Oetomo.

Pada pertemuan itu juga membahas peraturan-peraturan dasar Boedi Oetomo, seperti tujuan, rancangan kegiatan, anggota, serta pengurus organisasi.

Boedi atau budi sendiri mempunyai arti kepribadian, sedangkan oetomo atau utomo berarti luhur.

Bahasa yang dipakainya pun adalah bahasa Melayu, bukan bahasa Jawa. Hal itu menunjukkan sifat nasionalisme bukan kedaerahan dari perkumpulan tersebut.

Tokoh berdirinya Boedi Oetomo

Dikutip dari Kompas.com (19/5/2023), total ada sembilan mahasiswa dari STOVIA yang mendirikan Boedi Oetomo.

Sembilan mahasiswa sebagai tokoh pendiri STOVIA tersebut yaitu Soetomo, Mohammad Soelaiman, Soeradji Tirtonegoro, Mohammad Saleh, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, RM Goembrek, M Soewarno, dan Angka Prodjosoedirjo.

Dalam perjalannya, terdapat tokoh lain yang ikut bergabung yakni Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Tjipto Mangoekoesoemo, Tirto Adhi Soerjo, Raden Adipati Tirtokoesoemo, Pangeran Noto Diprodjo, dan masih banyak lainnya.

Awalnya, keanggotan organisasi ini berisikan golongan berpendidikan di Jawa dan Madura saja.

Namun, akhirnya keanggotan Boedi Oetomo meluas sampai Bali dan dilakukan dengan tidak melihat keturunan, jenis kelamin, atau agamanya.

Dalam kongres pertama pada Oktober 1908 di Yogyakarta, tercetus tujuan lebih matang dari berdirinya Boedi Oetomo yaitu untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terhormat melalui pergerakan dalam bidang pengajaran, pendidikan, dan kebudayaan.

Pada akhirnya, Boedi Oetomo dibubarkan pada 1935, setelah organisasi ini melebur ke dalam Partai Indonesia Raya atau Parindra dibawah pimpinan Soetomo.

Sejarah penetapan Hari Kebangkitan Nasional

Momen penetapan Hari Kebangkitan Nasional sendiri terjadi pada tahun-tahun awal setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Saat itu, Indonesia yang sudah merdeka masih harus menghadapi kembali Belanda bersama sekutunya untuk menjajah kembali Indonesia setelah sebelumnya Indonesia diambil alih oleh Jepang.

Dalam rangka memperingati berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1948, Ki Hadjar Dewantara sempat mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soekarno mengenai kondisi rakyat yang dirasanya membutkan simbol persatuan baru.

Sehingga Ki Hadjar Dewantara pun ditunjuk sebagai ketua peringatan 40 tahun berdirinya Boedi Oetomo di Gedung Agung Yogyakarta.

Presiden Soekarno dalam pidatonya mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia yang terpecah oleh kepentingan politik agar Bersatu melawan Belanda.

Presiden Soekarno juga menyampaikan bahwa Boedi Oetomo merupakan tonggak dari pergerakan nasional.

Boedi Oetomo merupakan pelopor berdirinya organisasi modern yang pertama, kemudian diikuti berdirinya organisasi-organisasi lain.

Tokoh penting Hari Kebangkitan Nasional

Dilansir dari Kompas.com (24/2/2022), terdapat tiga tokoh yang dianggap penting dari Hari Kebangkitan Nasional, disebut dengan tiga serangkai.

Mereka adalah Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantaram dan Dr Cipto Mangoenkoesoemo. Mereka mendirikan Indiseche Partij (IP) pada 1912.

IP pun mendapat respons positif dari rakyat Indonesia, namun direspons negatif oleh Belanda.

Belanda menganggap IP mengganggu keamanan di Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda. Sehingga akhirnya IP pun terpaksa dibubarkan pada 4 Maret 1913.

(Sumber: Kompas.com/Arum Sutrisni Putri, Nur Fitriatus Shalihah, Verelladevanka Adryamarthanino I Editor: Arum Sutrisni Putri, Rendika Ferri Kurniawan, Puspasari Setyaningrum, Widya Lestari Ningsih)

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/19/130000965/sejarah-hari-kebangkitan-nasional-20-mei-1908-latar-belakang-dan-tokoh

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke