Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional dan Perannya

Kompas.com - 24/02/2022, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memeringati Hari Kebangkitan Nasional.

Tanggal tersebut dipilih karena pada 20 Mei 1908, berdiri organisasi pertama yang memicu tumbuhnya pergerakan nasional, yaitu Budi Utomo.

Berdirinya Budi Utomo dipelopori oleh salah satu tokoh pergerakan nasional, yaitu Wahidin Sudirohusodo.

Berikut ini tokoh-tokoh kebangkitan nasional dan perannya.

Baca juga: Mengapa Hari Kebangkitan Nasional Diperingati Tanggal 20 Mei?

Wahidin Sudirohusodo

Wahidin Sudirohusodo adalah sosok yang pandai dan lulus dari sekolah kedokteran hingga menjadi pejabat kesehatan.

Jiwa-jiwa pemberontakannya tampak saat ia memimpin redaksi surat kabat Retnodhoemilah.

Melalui surat kabar itu, Wahidin melontarkan gagasannya soal kebangkitan Jawa, meliputi nasionalisme, pendidikan, kesamaan derajat, dan budi pekerti.

Namun upayanya di Retnodhoemilah kurang membuahkan hasil, ia pun mundur dan memperjuangkan gagasannya dengan berkeliling menemui pejabat pemerintahan di Jawa yang berpengaruh.

Meski gagasannya banyak mengalami penolakan, Wahidin akhirnya bertemu dengan Sutomo dan sepakat untuk membuat sebuah organisasi.

Organisasi itu adalah Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908. Budi Utomo tidak hanya memajukan pendidikan, tetapi juga menyadarkan masyarakat Jawa akan martabatnya sebagai bangsa.

Baca juga: Wahidin Sudirohusodo: Kehidupan, Peran, dan Perjuangannya

Sutomo

Pada akhir 1907, Sutomo yang merupakan salah satu murid di STOVIA, bertemu dengan Wahidin Sudirohusodo saat sedang melakukan penyebaran pemikiran nasionalisme di Jawa.

Tidak disangka, pertemuan mereka membuat Sutomo merasa tergugah untuk ikut memperjuangkan hak bangsa Indonesia, yaitu mencapai kemerdekaan.

Bersama dengan Wahidin, Sutomo pun mendirikan organisasi Budi Utomo dan dipilih untuk memimpin organisasi ini.

Baca juga: Awal Mula dan Cita-Cita Berdirinya Budi Utomo

HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai salah satu pejuang yang berani melawan pemerintah kolonial Belanda.

Ia kerap menyampaikan pidato untuk memacu semangat patriotisme bangsa Indonesia dan gemar menuliskan kritik keras kepada pemerintah Belanda.

Karena aksinya tersebut, Tjokroaminoto pun dianggap sebagai ancaman oleh Belanda.

Selanjutnya, Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia dan turut mencetuskan ide-ide politik.

Pada 1911, Haji Samanhudi mendirikan sebuah organisasi politik Islam bernama Sarekat Dagang Islam, yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI).

Tjokroaminoto diminta untuk bergabung ke dalam organisasi ini. Awalnya, ia berperan sebagai komisaris, tetapi ia kemudian dipilih untuk menjadi ketua organisasi.

Semasa kepemimpinannya, SI tumbuh menjadi organisasi yang besar.

Baca juga: Sarekat Islam: Latar Belakang, Perkembangan, dan Perpecahan

Douwes Dekker

Douwes Dekker dikenal sebagai tokoh indo (keturunan Indonesia-Belanda), yang merintis nasionalisme dengan mendirikan Indische Partij (IP) pada 1912.

Alasan Dekker mendukung rakyat pribumi adalah, saat itu ia melihat banyak sekali ketimpangan yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia.

Sebagai bentuk dukungannya terhadap Indonesia, Douwes Dekker mendirikan Indische Partij bersama dua rekan lainnya, yaitu Ki Hajar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo, atau biasa disebut Tiga Serangkai.

Oleh karena itu, ia adalah tokoh perjuangan kebangkitan nasional yang dikenal dengan Tiga Serangkai.

Indische Partij, yang mendapat respons positif dari keturunan indo, pribumi, maupun Tionghoa, dianggap mengganggu keamanan oleh Belanda, sehingga dibubarkan pada 4 Maret 1913.

Baca juga: Awal Mula dan Cita-Cita Berdirinya Indische Partij

Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo adalah satu dari tiga pendiri Indische Partij yang memulai kariernya sebagai seorang dokter pemerintah Belanda di Demak.

Suatu ketika, Cipto melihat banyak sekali ketidakadilan yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Oleh sebab itu, ia kerap memberi kritik keras kepada Belanda lewat beberapa surat kabar, seperti De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad.

Karena tindakannya itu, Belanda memberhentikan Cipto dari tugasnya sebagai dokter pemerintah Belanda.

Setelah itu, ia bertemu dengan Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, yang kemudian bersama-sama mendirikan Indische Partij.

Baca juga: Tokoh Tiga Serangkai Pendiri Indische Partij

Ki Hajar Dewantara

Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab disapa Ki Hajar Dewantara pernah menjadi wartawan dari beberapa surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, dan De Express Oetoesan Hindia.

Ki Hajar Dewantara bersama dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker mendirikan Indische Partij pada 1912.

Setelah itu, peran tokoh kebangkitan nasional ini adalah semakin aktif menuliskan beberapa kritik keras kepada Belanda.

Salah satu kritik Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah tulisan berjudul Als ik een Nederlander was, yang berarti "Seandainya Saya Seorang Belanda."

Kemudian ada juga tulisan lain yang bertajuk Een voor Allen maar Ook Aleen voor Een, yang berarti "Satu untuk Semua, Tapi Semua untuk Satu Juga."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com