Jauh sebelum Shinzo Abe (2007), pada 1 Juni 1945 di Jakarta, Soekarno, anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), merilis pidato tentang jantung zona “Confluence of the Two Seas” itu.
“Menurut geopolitik, maka Indonesia-lah Tanah Air kita. Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah Tanah Air kita!” tegas Soekarno (1945)
Kini awal abad 21, zona dan peta yang disebut Soekarno itu di depan Rapat Besar BPUPKI, menjadi suatu ‘pivot area’ atau zona poros geografis interaksi kekuatan dan pengaruh aktor-aktor global. Kini dan ke depan, ‘pivot area’ global bukan lagi zona daratan Eurasia seperti kajian Mackinder (1904:435), tetapi zona titik-temu arus kekuatan maritim dan kelautan seperti dikemukakan Alfred Thayer Mahan (1890), Yakni zona Indo-Pasifik!
“As a pivotal region, the Indo-Pacific has become the power center of world geopolitics,” tulis Muhammad Saeed (2017:499) tentang pergeseran wilayah persaingan geostrategis aktor-aktor global dari Asia Pasifik ke Indo-Pasifik. Sebab jalur maritim hampir 80 persen minyak impor Tiongkok melintasi Selat Malaka.
Saat ini, negara-negara Indo-Pasifik adalah produsen 60 persen GDP dunia, pusat dagang dunia, aliran investasi dunia, mata-rantai nilai dan kemajuan teknologi dunia. Di sini pula urgensi pembentukan zona Kepulauan Nias sebagai daerah otonomi baru atau Provinsi Kepulauan Nias.
Di sisi lain, melalui zona Kepulauan Nias, Indonesia perlu memanfaatkan peluang prakarsa SAGAR (Security and Growth for All in the Region) India sejak tahun 2015 khususnya pengembangan infrastruktur maritim dan ekonomi-kelautan (blue-economy). Apalagi tahun 2019, Perdana Menteri India, Narendra Modi membentuk India Pacific Oceans Initiative (IPOI) guna menciptakan keamanan, maritim stabil, sejahtera, berkelanjutan di Indo-Pasifik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.