Secara dinamika, menurut dia, atmosfer hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali atmosfer sehingga aliran udara menjadi tidak bergerak dalam skala yang luas.
"Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika," paparnya.
Dia mengatakan, secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.
Ia menambahkan, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.
"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau Heatwave," jelas Alberth.
Ia mengatakan, yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari serta relatif signifikan pada saat posisi semu Matahari berada di sekitar ekuatorial.
Hal tersebut, menurut dia, juga berlaku untuk negara Singapura maupun Malaysia, di mana kedua negara ini juga tidak akan mengalami gelombang panas.
"Karena letak keduanya (Malaysia dan Singapura) yang dekat dengan Indonesia dan juga berada di sekitar ekuator," ungkapnya.
Baca juga: Ramai soal Wilayah RI Akan Alami Panas Mendidih, Ini Penjelasan BMKG
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.