KOMPAS.com - Serangan jantung merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia termasuk di Indonesia.
Menurut Kementerian Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa ada lebih dari 17 juta orang di dunia yang meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah pada 2018. Selain itu, diperkirakan satu dari tiga kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit jantung.
Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia, menderita penyakit jantung.
Berkaca dari kondisi tersebut, masyarakat Indonesia perlu memahami mengenai serangan jantung yang bisa sewaktu-waktu menyerang dan mengakibatkan kematian.
Baca juga: 5 Sayuran yang Sehat untuk Jantung, Bisa Memperpanjang Usia
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), serangan jantung atau infark miokard terjadi ketika jantung tidak mendapatkan cukup aliran darah atau ada aliran darah yang tersumbat.
Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan oksigen. Semakin banyak waktu yang berlalu tanpa ada pemulihan aliran darah, semakin besar dan permanen kerusakan otot jantung.
Kondisi ini dapat membuat jantung mengalami kerusakan ringan, parah atau berhenti berdetak yang mengakibatkan kematian.
Baca juga: 4 Buah yang Bagus untuk Jantung, Bantu Cegah Penyakit Kardiovaskular
PJK adalah kondisi saat arteri koroner atau pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung tersumbat oleh endapan kolesterol yang disebut plak.
Serangan jantung dapat dibagi menjadi dua jenis.
Berupa penyumbatan total aliran darah di arteri koroner yang memasok darah kaya oksigen ke jantung. Kondisi ini membuat seluruh ketebalan otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut dapat mati.
Berupa penyumbatan sebagian aliran darah di arteri koroner utama yang memasok jantung dengan darah kaya oksigen. Kondisi ini menimbulkan sebagian kerusakan ketebalan dinding jantung.
Sedangkan penyebabnya, antara lain adalah:
Penggunaan obat stimulan seperti kokain, amfetamin, dan sabu-sabu dapat menyebabkan arteri koroner menyempit. Akibatnya, akan membatasi suplai darah dan memicu serangan jantung.
Kadar oksigen dalam darah menurun akibat keracunan karbon monoksida atau hilangnya fungsi normal paru-paru.
Akibatnya, jantung akan menerima darah yang tidak teroksigenasi. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung rusak sehingga memicu serangan jantung.
Baca juga: Ramai soal Pro Kontra Olahraga di Malam Hari, Benarkah Picu Serangan Jantung?
Dikutip dari Heart and Stroke Canada, gejala serangan jantung dapat meliputi:
Gejala yang paling umum pada pria dan wanita adalah nyeri dada. Wanita cenderung memiliki gejala lain seperti sesak napas, tubuh sakit, dan nyeri punggung atau rahang.
Serangan jantung menyerang secara tiba-tiba. Namun, banyak orang memiliki gejala serangan jantung berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu sebelumnya.
Nyeri dada yang terus terjadi dan tidak hilang dengan istirahat mungkin merupakan peringatan dini serangan jantung.
Baca juga: Bisa Berbahaya, Ini 3 Jenis Buah yang Harus Dibatasi Penderita Penyakit Jantung
Dikutip dari HSE Irlandia, berikut tes yang akan dilalui.
Elektrokardiogram (EKG) dilakukan untuk mengukur aktivitas listrik jantung. Mesin EKG merekam sinyal-sinyal untuk melihat seberapa baik jantung berfungsi.
Kerusakan jantung akibat serangan jantung menyebabkan enzim tertentu bocor ke darah. Jika diduga mengalami serangan jantung, sampel darah akan diambil untuk menilai kerusakan pada jantung dan menentukan seberapa sanggup jantung merespons pengobatan.
Rontgen dada dilakukan jika diagnosis serangan jantung tidak pasti. Metode ini dapat menemukan penyebab lain dari gejala ataupun akibat serangan jantung.
Ekokardiogram adalah pemindaian menggunakan gelombang suara untuk membentuk gambaran bagian dalam jantung. Ini berguna untuk mengidentifikasi area jantung yang rusak dan pengaruhnya.
Angiografi koroner dilakukan dengan memasukkan kateter untuk mengetahui bagian dalam arteri koroner. Metode ini dapat mengetahui jika ada penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah koroner.
Penderita serangan jantung akan mendapatkan perawatan sesuai penyebab dan kondisi tubuhnya. Perawatan yang digunakan akan bergantung pada kapan gejala dimulai dan seberapa cepat mendapatkan tindakan pengobatan.
Beberapa metode pengobatan yang dilakukan antara lain berupa konsumsi obat pemecah gumpalan darah, intervensi koroner perkutan primer (PCI) untuk memperlebar arteri koroner, atau prosedur angioplasti koroner untuk membuka bagian penyempitan arteri koroner.
Setelah pulih, penyintas serangan jantung akan menjalani beragam rehabilitasi. Gunanya untuk memulihkan kebugaran fisik dan mengurangi risiko serangan jantung lainnya.
Program rehabilitasi dilakukan tergantung pada usia dan kemampuannya. Contoh kegiatan yang dilakukan, yaitu jalan kaki, mengendarai sepeda statis, joging di atas treadmill, dan berenang.
Baca juga: 5 Faktor Pemicu Serangan Jantung yang Menghantui, Salah Satunya Golongan Darah
Olahraga aelama 30 menit selama lima hari atau lebih dalam seminggu bagus untuk mencegah serangan jantung. Penyintas serangan jantung harus berkonsultasi dulu dengan dokter.
Hindari makanan yang kaya lemak jenuh, lemak trans, garam, dan gula. Lebih baik pilih biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, dan protein tanpa lemak, seperti ikan dan kacang-kacangan.
Kelebihan berat badan akan memberatkan jantung, meningkatkan risiko kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Berhenti merokok untuk meningkatkan kesehatan jantung. Selain itu, hindari juga berada di sekitar perokok aktif.
Minum alkohol secukupnya. Satu gelas sehari untuk wanita dan dua gelas sehari untuk pria.
Beberapa penyebab utama serangan jantung adalah kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Untuk mencegahnya, lakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol.
Carilah cara untuk mengurangi stres emosional. Olahraga lebih banyak, melatih mindfullness, dan berkomunikasi dengan orang terdekat merupakan beberapa cara untuk meredakan stres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.