Memasiki 1990, thrifting berubah menjadi fesyen.
Hal itu berawal dai Kurt Cobain dan isterinya, Courtney Love yang secara tidak langsung mempromosikan thrifting style.
Mereka mengenakan ripped jeans, flannel shirt, dan layering.
Pada 2000, thrifting menjadi gelombang baru dan membentuk industri yang banyak digemari masyarakat.
Baca juga: Ramai soal Kemenkop UKM Larang Thrifting karena Dinilai Merusak Industri Dalam Negeri
Dikutip dari studi Feby Febriyadi Nur Rizka tentang "Fashion Thrifting sebagai Budaya Populer di Kalangan Mahasiswa", budaya thrifting tumbuh dan berkembang di Bandung pada 1990-2000.
Pakaian ini identik dengan pemusik, pemain skateboard, dan streetwear.
Tak bisa dipungkiri bahwa Bandung menjadi pusat fesyen mode pada saat itu.
Pakaian bekas banyak dijual di Pasar Baru (1994-1995), Cibadak (1996-1997), Kebon Kelapa (2000-an), dan berpindah ke pasar Tegallega (2002-2003).
Lalu berakhir di Pasar Gedebage Bandung hingga saat ini.
Baca juga: Fenomena Thrifting Sedang Digandrungi, Apa Pemicunya?
Thrifting membudaya dan digemari oleh segala lapisan masyarakat di Indonesia karena berbagai faktor.
Dilansir dari penelitian Muyan & Muzakkir (2021), terdapat dua alasan yang menyebabkan thrifting semakin digemari, yakni ekonomi dan tren.
Mulanya, berburu pakaian bekas yang diimpor ke Indonesia memiliki harga yang lebih murah dari barang barus hasil produksi tekstil dalam negeri.
Dorongan faktor ekonomi ini membuat masyarakat dari kalangan ekonomi rendah lebih memilih untuk membeli pakaian bekas.
Namun, berburu pakaian bekas kini bergeser menjadi sebuah tren.
Alhasil, budaya membeli pakaian bekas ini tidak hanya dilakukan masyarakat kalangan ekonomi rendah, tetapi juga mereka dari kalangan menengah ke atas.
Selain tren, alasan masyarakat menengah ke atas memilih ikut thrifting adalah karena modelnya yang unik dan memiliki gaya tersendiri.
Di sisi lain, masyarakat juga bisa mendapatkan barang yang berkualitas, bermerek, stylish dengan harga yang miring.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.