KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UMKM) resmi melarang penjualan baju bekas impor atau thrifting.
Selain masalah kesehatan dan lingkungan, thrifting impor juga dapat merugikan UMKM karena barang branded dijual dengan harga murah.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan meminta agar bisnis thrifting ditelusuri dan ditindak.
"Sudah saya perintahkan untuk mencari betul. Dan sehari, dua hari sudah banyak yang ketemu. Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri. Sangat mengganggu," ujar Jokowi di Istora GBK, Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Lantas, mengapa pakaian impor bekas atau thrifting begitu diminati di Indonesia?
Vice Executive Chair Indonesian Fashion Chamber (IFC) Riri Rengganis mengatakan, pembeli biasanya mencari penampilan berbeda melalui thrifting impor.
"Thrifting menantang kreativitas dalam styling. Ada unsur surprise dan menikmati proses dalam berbelanja thrifting," kata Riri kepada Kompas.com, Jumat (17/3/2023).
"Karena barangnya cenderung 1-of-a-kind atau tidak massal, maka konsumen juga puas dengan penampilan yang berbeda dari yang lain," sambungnya.
Baca juga: Mengenal Fenomena Thrift, Upaya Penghematan dengan Beli Pakaian Bekas
Baca juga: Ramai soal Tren Fashion Pakaian Bekas, Bagaimana agar Aman dari Rasa Gatal?
Ia menjelaskan, barang thrifting umumnya juga identik murah, sehingga banyak diburu oleh pembeli.
Namun, pandangan soal harga murah itu sebenarnya tidak selamanya benar, karena banyak barang thrifting yang justru mahal karena dianggap antik.
Riri menuturkan, pemahaman masyarkat akan baju bekas sebagai salah satu sumber limbah dunia juga mendorong minat masyarakat terhadap barang thrifting impor ini.
"Maka thrifting itu baik karena memperpanjang umur pakai produk yang sudah ada, dengan harapan produksi barang baru bisa ditekan sehingga limbah dunia berkurang," jelas dia.
Baca juga: 7 Fobia Paling Aneh di Dunia, Takut terhadap Pisang hingga Pakaian
Salah satu keunggulan thrifting impor sehingga banyak diburu adalah produk branded luar ternama memiliki brand story yang bisa dilacak, baik tahun produksi hingga komposisi materialnya.
Karena itu, banyak produk thrifting yang justru semakin lama akan memiliki nilai tinggi.