Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Ibu Hamil dan Gadis Tak Boleh Makan Pisang Dempet karena Picu Kelahiran Kembar Siam, Ini Kata Dokter

Kompas.com - 11/02/2023, 08:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah pertanyaan soal alasan ibu hamil dan gadis tak boleh makan pisang dempet ramai di media sosial.

Diajukan oleh warganet Twitter ini pada Jumat (10/2/2023) pagi, pengunggah menyertakan foto dua pisang yang tampak menyatu atau dempet.

"Kenapa ya pisang yang nyatu kek gini ga boleh dimakan ibu hamil dan anak gadis," tulis pengunggah.

Baca juga: Viral, Video Selang Dispenser SPBU di Klaten Lepas hingga Terjadi Hujan BBM, Ini Penjelasan Pertamina

Unggahan ini menarik perhatian warganet, dan telah dilihat lebih dari 60.000 kali dan disukai oleh lebih dari 498 pengguna pada Jumat sore.

Menanggapi pengunggah, pengguna Twitter pun memberikan alasan yang mereka ketahui.

"Mitosnya sih kalau ngandung nanti anaknya lahir kembar siam atau kembar dempet gituu," komentar salah satu warganet.

"Nanti anaknya kembar dempet. Pernah mau kumakan langsung direbut bapakku," kata warganet lain.

"Kata ibuk sih nanti kalo misal punya anak kembar, anaknya kembar dempet," tulis pengguna lain.

Baca juga: Viral, Twit soal Ibu Hamil Kelelahan Naik Turun Tangga di Stasiun Cakung, Ini Kata KAI

Lantas, benarkah makan pisang dempet dapat menyebabkan kelahiran bayi kembar siam?


 Baca juga: Tikus Jantan Takut pada Pisang, Kok Bisa?

Pisang baik untuk ibu hamil

Saat dikonfirmasi, pakar nutrisi, dr Tan Shot Yen membantah pernyataan bahwa ibu hamil dan gadis yang mengonsumsi pisang dempet berpotensi melahirkan bayi kembar siam.

"Tidaklah, ngawur itu," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (10/2/2023).

Sebaliknya, Tan menjelaskan bahwa konsumsi pisang sangat baik bagi ibu hamil. Manfaat pisang itu berkat kandungan kalium atau potasiumnya.

Baca juga: 10 Negara Penghasil Pisang Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 3

Dia melanjutkan, kalium adalah salah satu mineral penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Mineral ini juga berperan penting dalam kontraksi otot-otot tubuh, transmisi impuls saraf, dan pelepasan energi dari nutrisi penting seperti lemak, protein, dan karbohidrat.

"Konsumsi makanan kaya kalium secara teratur juga dapat mencegah kram kaki yang sering terjadi selama kehamilan," terang Tan.

Baca juga: Mungkinkah Usia Kehamilan Lebih Tua dari Usia Pernikahan? Ini Kata Dokter

Kembar siam murni kegagalan pembelahan

Bayi kembar siam Zaina dan Zahira berhasil menjalani operasi pemisahan di RSHS Bandung.Dok RSHS Bandung Bayi kembar siam Zaina dan Zahira berhasil menjalani operasi pemisahan di RSHS Bandung.

Terpisah, Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) dari RSIA Anugerah, dr Indra Adi Susanto menerangkan, tidak ada hubungan antara kembar siam dengan mengonsumsi pisang dempet saat gadis maupun hamil.

"Tidak ada, hanya murni kegagalan pembelahan," ungkap Indra, saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Secara umum, kata dia, kembar dibagi menjadi dua, yaitu kembar monozigot atau kembar identik, serta dizigot atau kembar fraternal.

Kembar monozigot adalah kembar yang berasal dari satu sel telur dan terjadi ketika sel telur tunggal dibuahi oleh sperma, kemudian membentuk satu zigot atau monozigot.

Baca juga: Ardi dan Ardan Berhasil Dipisahkan, Kok Kembar Siam Bisa Terjadi?

Di dalam perkembangannya, lanjut Indra, zigot tersebut akan membelah menjadi dua embrio yang berbeda.

"Kedua embrio tersebut berkembang menjadi janin yag saling berbagi pada rahim yang sama," paparnya.

Sementara itu, kembar dizigot terjadi apabila ada lebih dari satu sel telur yang melekat pada dinding rahim, dan terbuahi oleh sel sperma pada saat bersamaan.

Baca juga: Anemia Saat Hamil Bisa Berakibat Buruk pada Bayi, Ini Cara Mencegahnya

Terjadinya kembar siam

Kembar siam Brasil Bernardo (kiri) dan Arthur dengan orang tua mereka Adriely (kiri, belakang) dan Antonio Lima, di Brasil: si kembar lahir dengan satu otak yang sama telah dipisahkan dalam operasi kompleks yang disiapkan dokter dengan bantuan  realitas maya. AFP/Arthur PEREIRA Fitamarela Kembar siam Brasil Bernardo (kiri) dan Arthur dengan orang tua mereka Adriely (kiri, belakang) dan Antonio Lima, di Brasil: si kembar lahir dengan satu otak yang sama telah dipisahkan dalam operasi kompleks yang disiapkan dokter dengan bantuan realitas maya.

Indra menerangkan, proses kembar identik terjadi karena adanya keterlambatan proses pembelahan, biasanya kurang lebih antara 12–13 hari.

"Apabila terjadi proses keterlambatan dan pembelahan tersebut menjadi terhenti, ini yang bisa menyebabkan kembar siam," tutur dia.

Meski dua bayi berkembang dari satu embrio tersebut, mereka tetap terhubung secara fisik. Biasanya, menurut Indra, dempet terjadi di dada, perut, atau panggul.

"Kembar siam juga dapat berbagi satu atau lebih organ tubuh internal," lanjutnya.

Baca juga: Cara Mengatasi Pilek pada Bayi

Meski banyak kembar siam tidak hidup ketika lahir atau meninggal segera setelah lahir, Indra mengatakan bahwa kemajuan dalam pembedahan dan teknologi telah meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.

Beberapa kembar siam yang masih hidup, kata dia, dapat dipisahkan melalui pembedahan.

"Keberhasilan operasi tergantung pada di mana si kembar tergabung secara fisik dan berapa banyak serta organ mana saja yang tersambungkan," ungkapnya.

Baca juga: Muncul Tanda Lahir di Wajah Bayi, Apakah Bisa Dihilangkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Tren
Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Tren
Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa 'Santo Suruh' yang Unik

[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa "Santo Suruh" yang Unik

Tren
Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Tren
Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Tren
4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

Tren
Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Tren
Ada 'Andil' AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Ada "Andil" AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Tren
Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Tren
Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Tren
Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com