KOMPAS.com - Membuat podcast sekarang ini sudah menjadi salah satu bentuk hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat. Banyak orang yang membuat podcast dengan berbagai topik yang berbeda-beda, mulai dari hiburan, politik, sampai dengan edukasi.
Namun, sebelum membuat podcast, ada satu hal yang harus diperhatikan yaitu pemilihan mikrofon. Ada dua jenis mikrofon yang paling sering digunakan dalam podcasting, yaitu mikrofon condenser dan mikrofon dynamic.
Yuk, simak perbedaannya berikut ini!
Mikrofon condenser adalah jenis mikrofon yang menggunakan listrik untuk mengubah suara menjadi sinyal listrik.
Kelebihan mikrofon condenser adalah sensitivitasnya yang tinggi serta mampu menangkap suara secara mendetail sehingga cocok untuk podcast yang membutuhkan suara yang jelas dari host, contohnya podcast berita dan audio drama.
Baca juga: 5 Tips agar Narasumber Nyaman Saat Wawancara Podcast
Seperti dalam salah satu episode siniar Tinggal Nama bertajuk “Rongga Mata” dengan tautan akses dik.si/TNCokroaminoto, yang membutuhkan kehati-hatian penuh dalam proses rekamannya. Pasalnya, adanya gangguan suara sedikit pun bisa memengaruhi kualitas suara.
Namun, kekurangan dari mikrofon ini adalah mudah terganggu oleh suara latar belakang, seperti suara kendaraan atau keramaian.
Oleh karena itu, jika kamu membuat podcast di luar ruangan, kamu harus menggunakan mikrofon condenser yang dapat ditambahkan dengan pop filter atau windscreen untuk mengurangi suara latar belakang.
Selain itu, mikrofon ini lebih rentan terhadap kerusakan serta membutuhkan mixer atau audio interface yang punya power supply tambahan untuk dapat digunakan, jadi siapkan budget lebih ya!
Mikrofon dynamic adalah jenis mikrofon yang mengubah suara menjadi sinyal listrik melalui mekanisme magnet.
Mikrofon ini cocok digunakan untuk merekam suara dengan volume yang lebih tinggi, seperti saat host berbicara di depan umum atau di studio, karena lebih tahan terhadap suara latar belakang.
Misalnya seperti salah satu episode dari siniar Obsesif yang berkolaborasi bersama APMF, yaitu “Tomoka Takada: The Influence of K-Pop Fandom on Brand Marketing” dengan tautan akses dik.si/ObsesifTomoka. Tim Obsesif berhasil melakukan rekaman di tengah keramaian APMF.
Selain itu, mikrofon ini lebih tahan banting daripada mikrofon condenser walaupun harganya jauh lebih murah. Mikrofon ini juga tidak memerlukan power supply tambahan sehingga dapat digunakan dengan mixer atau audio interface yang tidak mendukung fitur power supply.
Namun, kekurangan dari mikrofon ini adalah tidak dapat menangkap suara sedetail mikrofon condenser.
Baca juga: Podcast-mu Sepi Pendengar? Lakukan 5 Hal Ini
Nah, sekarang kamu sudah tahu perbedaan antara dua jenis mikrofon ini. Pilihlah mikrofon yang sesuai dengan kebutuhan podcast kamu dan pastikan untuk selalu mengevaluasi kualitas suara yang dihasilkan.
Jangan lupa untuk selalu melakukan percobaan dan uji coba sebelum membuat podcast agar hasil rekaman yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
Selain itu, kamu bisa mengunjungi Portcast Indonesia @portcast.id di Instagram. Portcast akan terus memberikan segala informasi tentang pembuatan podcast sekaligus mengenalkanmu dengan podcast-podcast yang seru dan berkualitas.
Dengarkan pula beragam informasi menarik lainnya lewat kanal podcast milik Medio Podcast Network di Spotify dan YouTube Medio by KG Media. Medio sendiri memiliki 10 kanal podcast dengan topik yang bisa menyesuaikan kebutuhanmu. Akses sekarang juga selengkapnya melalui tautan berikut linktr.ee/SiniarMedio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.