"Kalau kita menyukai sesuatu dan itu menguntungkan kita, maka kita akan mengulangi hal tersebut, tidak peduli bagaimana orang beranggapan tentang kita," katanya.
Baca juga: Viral, Twit Sebut Perempuan Lebih Sulit Diterima di Keluarga Pasangan, Kok Bisa?
Terkait dengan unggahan video viral itu, Ratna juga menambahkan bahwa sebaiknya masyarakat membiasakan diri untuk berhenti mengonsumsi konten-konten seperti video itu.
Selain itu, konten semacam itu dapat menyebabkan ancaman bagi penontonnya, terutama anak-anak hingga menyebabkan trauma.
Dengan demikian, perlu adanya tindakan untuk menghentikan pengguna akun itu dalam membuat konten serupa.
"Kita bisa melaporkan perilaku yang mengkhawatirkan itu karena bisa menjadi ancaman anak-anak. Jika tidak dihentikan perilakunya, maka bisa memungkinkan muncul orang-orang seperti dia lagi," jelasnya.
Selain itu, guru di video itu juga bisa dilakukan psikoedukasi karena jika hanya menggunakan konten dan mencari popularitas, maka ada sesuatu yang tidak sehat dalam dirinya.
Jika perilaku tersebut dibiarkan atau dinormalisasikan, maka dapat memicu kejadian yang sama di masa depan.
Bahaya dari konten-konten seperti itu nantinya bisa semakin memperparah perilaku buruknya.
"Namun jika sudah masuk ke ranah kriminalitas karena menyangkut tentang hak etis untuk keamanan dan kenyamanan fisik dan psikis murid-murid tersebut," tambahnya.
Baca juga: 8 Buah yang Aman Dimakan Penderita Diabetes, Bisa Jaga Gula Darah Tetap Stabil
Ratna Yunita juga menyampaikan beberapa tips yang mungkin bisa orang tua lakukan untuk menghindarkan anak-anaknya dari perilaku serupa, yakni:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.