Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerupuk Berbau Tengik tapi Tanggal Kedaluwarsa Masih Lama, Amankah Dikonsumsi?

Kompas.com - 01/02/2023, 18:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

"Kalo dianalisis, angka peroksidanya bisa mencapai 100. Hal itu berarti makanan tersebut bisa menyebabkan atau dapat memicu kanker (karsinogenik). Terlebih jika daya tahan tubuh rendah dan ada faktor lain seperti gaya hidup tidak sehat," ungkapnya.

Sebenarnya makanan yang sudah tengik meskipun tanggal kedaluwarsanya masih lama itu sudah menunjukkan bahwa makanan itu tidak sehat bagi tubuh.

"Sebagai ahli gizi saya menyarankan jangan memakan makanan yang tengik," jelasnya.

Baca juga: Ramai soal Nasi Minyak, Kenali Bahaya Menggunakan Minyak Bekas Berulang-ulang

Makanan tengik bisa picu berbagai penyakit

Hal serupa juga diungkapkan oleh ahli gizi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo.

Ia menjelaskan bahwa makanan yang digoreng seperti kerupuk, jika mudah berbau tengik, berarti minyak yang digunakan untuk menggoreng adalah minyak bekas.

Secara ilmiah, minyak tersebut sudah berubah menjadi trans lipid. Jika masih terus digunakan maka akan berbahaya bagi kesehatan, terutama pada metabolisme lemak dalam tubuh.

"Jika kerupuk atau makanan apapun yang digoreng sudah berbau tengik, maka sudah tidak layak untuk dimakan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (01/2/2023).

Toto juga menjelaskan bahwa tanggal kedaluwarsa dibuat dari proses pengolahan. Sedangkan kualitas bahan tidak diperhatikan, sehingga merugikan konsumen.

Jika kerupuk tengik itu dikonsumsi, maka dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, mulai dari masalah kesehatan akut hingga kronis.

"Sebaiknya jangan dikonsumsi, karena bisa menyebabkan keracunan, mual, muntah dan pusing. Dan ada kemungkinan juga menyebabkan penyakit degeneratif," katanya.

Penyakit degeneratif merupakan kondisi kesehatan, di mana tubuh mengalami penurunan fungsi jaringan dan organ.

Penyakit ini memburuk seiring dengan berjalannya waktu dan bisa memengaruhi sistem saraf otak, sumsum tulang belakang, tulang, pembuluh darah, jantung, hingga menyebabkan kanker.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com