KOMPAS.com - Unggahan soal mengonsumsi kerupuk dengan tanggal kedaluwarsa masih lama namun sudah berasa dan berbau tengik, mendapat banyak respons warganet Twitter.
Unggahan itu dibagikan oleh akun @collagemenfess, pada Rabu (01/2/2023).
"Anak kosan siapa yg relate? Btw ini aman kan ya kalo krupuk atau sejenisnya udh rasa tengik masih bisa dimakan? Aku liat tgl kadaluarsanya masih lama. Aku sayang banget uangnya," tulisnya.
[cm] anak kosan siapa yg relate? Btw ini aman kan ya kalo krupuk atau sejenisnya udh rasa tengik masih bisa dimakan? Aku liat tgl kedaluwarsanya masih lama. Aku sayang banget uangnya ???????? pic.twitter.com/Ka70xTGniA
— COLLE | CEK PINNED ?? (@collegemenfess) February 1, 2023
Hingga Rabu (01/2/2023), unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 24 ribu kali dan disukai sebanyak 324 kali.
Baca juga: Gejala Kolesterol Tinggi Bisa Dilihat dari Warna Lidah, Ini Tandanya
Unggahan soal mengonsumsi kerupuk tengik dengan tanggal kedaluwarsa masih lama itu menarik perhatian dari beberapa warganet.
"Kok bisa tengik ya? Aku takutnya ada apa-apanya di pilusnya nder," tulis akun ini.
"Nderrrr.. kl tengik kan rasanya udh ga enak dan takutnya ada yg perutnya ga cocok nanti kenapa-kenapa. coba dibuka lainnya apa tengik semua, bisa aja cuma 1 bungkus yg tengik. apa kamu udh habisin 1 renceng itu?," kata akun ini.
"Pernahnya makan sumpia tengik buat lauk, lama lama ngerasa ga sehat akhirnya ku buang tapi dah mau abis, semoga kamu ga kenapa-kenapa nder," ungkap akun ini.
Lantas, bagaimana pandangan ahli gizi menanggapi hal tersebut?
Baca juga: Dianggap Tidak Sehat, Ini Alasan Kenapa Nasi Minyak Digemari di Indonesia
Ketua DPP Bidang Ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Dr Marudut Sitompul menyampaikan, bukan hanya kerupuk, namun semua makanan yang digoreng dan dikemas, semua bisa berisiko tengik.
Meskipun tanggal kedaluwarsa masih lama, namun kudapan itu bisa tengik disebabkan karena faktor oksidasi asam lemaknya.
"Oksidasi asam lemak itu akan mengaktifkan enzim-enzim yang akan menguraikan asam lemak itu menjadi peroksida, jadi itulah yang disebut dengan ketengikan karena proses oksidasi," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (01/2/2023).
Menurut Marudut, ada beberapa bahaya mengonsumsi makanan tengik.
Makanan tengik tentu akan mengubah citarasa makanan aslinya, sehingga tak nyaman dikonsumsi.
Selain itu, makanan yang sudah tengik jika dikonsumsi berlebihan juga dapat memicu penyakit kanker.
"Kalo dianalisis, angka peroksidanya bisa mencapai 100. Hal itu berarti makanan tersebut bisa menyebabkan atau dapat memicu kanker (karsinogenik). Terlebih jika daya tahan tubuh rendah dan ada faktor lain seperti gaya hidup tidak sehat," ungkapnya.
Sebenarnya makanan yang sudah tengik meskipun tanggal kedaluwarsanya masih lama itu sudah menunjukkan bahwa makanan itu tidak sehat bagi tubuh.
"Sebagai ahli gizi saya menyarankan jangan memakan makanan yang tengik," jelasnya.
Baca juga: Ramai soal Nasi Minyak, Kenali Bahaya Menggunakan Minyak Bekas Berulang-ulang
Ia menjelaskan bahwa makanan yang digoreng seperti kerupuk, jika mudah berbau tengik, berarti minyak yang digunakan untuk menggoreng adalah minyak bekas.
Secara ilmiah, minyak tersebut sudah berubah menjadi trans lipid. Jika masih terus digunakan maka akan berbahaya bagi kesehatan, terutama pada metabolisme lemak dalam tubuh.
"Jika kerupuk atau makanan apapun yang digoreng sudah berbau tengik, maka sudah tidak layak untuk dimakan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (01/2/2023).
Toto juga menjelaskan bahwa tanggal kedaluwarsa dibuat dari proses pengolahan. Sedangkan kualitas bahan tidak diperhatikan, sehingga merugikan konsumen.
Jika kerupuk tengik itu dikonsumsi, maka dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, mulai dari masalah kesehatan akut hingga kronis.
"Sebaiknya jangan dikonsumsi, karena bisa menyebabkan keracunan, mual, muntah dan pusing. Dan ada kemungkinan juga menyebabkan penyakit degeneratif," katanya.
Penyakit degeneratif merupakan kondisi kesehatan, di mana tubuh mengalami penurunan fungsi jaringan dan organ.
Penyakit ini memburuk seiring dengan berjalannya waktu dan bisa memengaruhi sistem saraf otak, sumsum tulang belakang, tulang, pembuluh darah, jantung, hingga menyebabkan kanker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.