KOMPAS.com - Belakangan, hidangan yang disebut sebagai nasi minyak di Surabaya ramai menjadi perbincangan di media sosial.
Diunggah oleh akun Twitter ini pada Senin (16/1/2023), video bernarasi tentang penamaan nasi minyak merujuk pada penyajiannya yang diberi kucuran minyak goreng.
"Tapi harus mimin akui sih minyak goreng jelantah gini yang bikin nasi jadi semakin gurih," lanjut suara dalam video.
Menanggapi video tersebut, sebagian warganet mengkhawatirkan penambahan minyak berlebihan pada makanan.
Belum lagi, minyak dalam makanan itu adalah minyak jelantah alias minyak goreng bekas yang biasanya telah digunakan berulang kali.
"Monmaap tp itu minyaknya udh sampek warna coklat gitu apa abis buat goreng coklat," komentar salah satu warganet.
"Air minum dibuang, Minyak kotor dimakan, Ada2 aja ni kelakuan manusia menjelang akhir zaman," tulis warganet lain.
Lantas, apa saja bahaya menggunakan minyak jelantah atau minyak bekas yang sudah digunakan berulang-ulang?
Baca juga: Ramai soal Nasi Minyak di Surabaya, Ahli Ingatkan Bahaya Kolesterol
Praktik penggunaan minyak berulang-ulang bukan kali pertama terjadi. Beberapa usaha kuliner kerap menggunakan kembali minyak yang sudah pernah digunakan.
Bahkan meski tidak ditambahkan langsung seperti pada kuliner nasi minyak dalam video, studi menyimpulkan bahwa penggunaan minyak jelantah berpotensi mengkhawatirkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.