Untuk skrining kanker kolorektal sejumlah tes yang bisa dilakukan, di antaranya kolonoskopi, sigmoidoskopi, dan tes feses.
Selain mampu mendeteksi kanker kolorektal, kolonoskopi dan sigmoidoskopi juga bisa membantu mencegah berkembangnya penyakit lain.
Pasalnya tes ini juga bisa menemukan pertumbuhan usus besar yang tidak normal.
Baca juga: Mengenal Sindrom Lynch, Pemicu Kanker yang Harus Diwaspadai
Sebagaimana dikutip Kemenkes, hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker paru secara umum.
Namun skrining paru direkomendasikan untuk deteksi terbatas pada kelompok pasien risiko tinggi seperti berusia lebih dari 40 tahun, merokok lebih dari 30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun 15 tahun atau berusia lebih dari 50 tahun dengan riwayat merokok lebih dari 20 tahun.
Pemeriksaan kanker paru yang bisa dilakukan yakni pemeriksaan low-dose CT scan setiap tahun selama 3 tahun.
Namun, pemeriksaan ini tak bisa dilakukan pada pasien yang memiliki komorbid berat.
Baca juga: 9 Penyebab Kanker Tiroid yang Perlu Diketahui
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita kanker ovarium, maka ada sejumlah tes yang bisa dilakukan.
Tes tersebut yakni tes darah untuk mengetahui ada tidaknya protein CA-125 yang menjadi penanda adanya kanker.
Sebagaimana dilansir dari laman Kemenkes, metode awal yang bisa digunakanyakni dengan cara USG perut yang dilanjutkan dengan CT Scan atau MRI.
Terdapat juga pemeriksaan biopsi di mana dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di laboratorium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.