Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mekkah hingga Madinah Menghijau, Ternyata Dulunya Padang Rumput Subur

Kompas.com - 11/01/2023, 08:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Citra satelit dari Arabia Weather menunjukkan adanya vegetasi hijau yang menutupi beberapa wilayah di Arab Saudi bagian barat pada 3 Januari 2023.

Padahal, wilayah yang mencakup Mekkah, Jeddah, dan Madinah itu dikenal sebagai tempat yang gersang dan kering.

Kini, tanah Arab Saudi dari Mekkah hingga Madinah mulai menghijau dan ditumbuhi tanaman.

Namun, siapa sangka ternyata dulunya daerah tersebut padang rumput yang subur dengan banyak oasis, dikaji dari beberapa penelitian.

Baca juga: Saat Mekkah, Jeddah, dan Madinah Mulai Menghijau...

Jalur migrasi manusia purba

Dilansir dari Science Alert, (1/9/2021), sebuah studi mengungkapkan, migrasi manusia purba ke Arab selama 400.000 tahun terakhir.

Fenomena ini diselidiki para ilmuwan untuk melihat bagaimana dan apa penyebab manusia purba tersebut bermigrasi ke jazirah Arab.

Seorang arkeolog dari Max Planck Institute fro the Science of Human History di Jerman, Huw Groucutt menemukan adanya perubahan iklim yang memengaruhi spesies manusia di era sebelumnya.

Menurut dia, migrasi ini didorong oleh jenis pergeseran iklim yang sama, yakni peningkatan curah hujan di Jazirah Arab yang menghubungkan Afrika dan Eurasia.

Perubahan itu tampaknya menjadi alasan setidaknya lima fase perpindahan manusia, ketika hominid mulai melakukan perjalanan ke luar Afrika.

Baca juga: Fenomena Salju Turun di Arab Saudi, Tepat Saat Tahun Baru

Penemuan alat batu dan fosil hewan

Dalam penggalian di situs yang dulunya merupakan danau purba di Gurun Nefud, daerah Arab Saudi bagian utara, para arkeolog menemukan koleksi alat-alat batu dan fosil hewan.

Setelah diberi tanggal, mereka mengungkapkan pola migrasi sebelumnya selama ratusan ribu tahun.

"Arab telah lama dipandang sebagai tempat kosong di masa lalu,"ujar Groucutt.

"Pekerjaan kami menunjukkan bahwa kita masih tahu sedikit tentang evolusi manusia di wilayah yang luas di dunia dan menyoroti fakta bahwa masih banyak kejutan di luar sana," lanjut dia.

Beberapa artefak yang ditemukan mengungkap pendudukan hominin tertua di Arab.

Migrasi sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah mereka yang hidup dengan teknologi Acheulean sebelumnya (seperti kapak tangan sederhana).

Kemudian, kelompok kedua adalah mereka yang hidup dengan teknologi Paleolitik Tengah kemudian (kapak dan parang yang lebih maju).

Baca juga: Sejarah dan Asal-Usul Nama Mekkah, Kota Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Padang rumput rimbun

Menurut pencatatan arkeolog, terjadi beberapa kali momen migrasi manusia terdahulu.

Groucutt menduga, banyaknya aktivitas migrasi itu karena padang gurun Arab yang gersang berubah menjadi padang rumput yang lebih ramah untuk hidup dengan datangnya curah hujan yang lebih teratur.

Artinya, dulunya jazirah Arab merupakan padang rumput yang rimbun.

Hal ini juga didukung adanya temuan artefak-artefak yang memberi tahu para ilmuwan bagaimana banyak kelompok manusia purba bermigrasi, membuat alat, dan mungkin berburu di jazirah Arab.

 Baca juga: Lapisan Es di Dataran Tinggi Tibet Mencair, Ancaman Virus Purba Hantui Manusia

Jazirah Arab dulunya lahan basah

Dikutip dari Ancient Origins, (2/9/2021), penggalian arkeologi pada 2021 telah mengungkapkan setidaknya 5 ekspansi hominini ke semenanjung mulai sekitar 400.000 tahun hingga 55.000 tahun yang lalu.

Masing-masing bertepatan dengan munculnya curah hujan yang menyebabkan tumbuhan bermekaran atau disebut "jendela hijau".

Ini menunjukkan bahwa sebenarnya jazirah Arab dulu tidak gersang.

Bahkan, curah hujan yang intens yang menyebabkan pembentukan ribuan danau, kolam, oasis, lahan basah, dan sungai.

Sumber air itu terletak berselang-seling melintasi semenanjung Arab yang sebagian besar berpasir.

Di atasnya terbentuk jalur migrasi bagi manusia dan hewan, seperti kuda nil.

Baca juga: Kabah dan 5 Tempat yang Tak Boleh Dilalui Pesawat

Wilayah Nefud, misalnya, adalah padang rumput yang subur untuk jangka waktu sementara.

Sedangkan saat ini menjadi salah satu tempat yang paling tidak layak huni di bumi.

Kondisi ini yang kemudian membuat ilmuwan lain takjub dan tidak menyangka bahwa dulunya jazirah Arab merupakan wilayah yang hijau yang berkebalikan dengan kondisi sekarang.

"Luar biasa, setiap kali basah (hujan), orang-orang ada di sana. pekerjaan ini menempatkan Arab di peta global untuk prasejarah manusia," ujar pemimpin proyek Prof. Michael Petraglia, dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jerman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com