Saya dan teman-teman sesama anak kolong tidak akan tega menendang atau memukul dengan balok kayu kepada seorang nenek. Ajaran dari orang tua kami, seorang yang berusia lebih tua daripada kami harus mendapat sopan santun dan hormat.
Kami pun anak kolong, tidak akan menganiaya anak-anak seusia kami ketika sudah menyerah saat berantam. Apalagi sembari memukul teman dengan membanggakan pangkat bapak kami. Apalagi saya, pangkat bapak saya “hanya” sersan mayor. Pangkat dengan jumlah balok kuning melengkung “terbanyak” di antara pangkat sersan-sersan yang lain.
Saat mendengar kasus penganiayaan yang menimpa FB (16) yang dilakukan RC, putra dari seorang polisi berpangkat Komisaris Besar (Kombes), di area Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Sabtu (12/11/2022) sungguh sebuah tamparan bagi orang tuanya.
Di saat institusi Polri disorot publik karena kasus-kasus pidana seperti yang melibatkan personel Polri berpangkat tinggi seperti pusaran kasus Irjen Ferdy Sambo dan Irjen Teddy Minahasa, serta kasus-kasus amoral yang dilakukan personel Polri lainnya, kasus penganiayaan yang dilakukan putra sang Kombes harusnya tidak terjadi.
Menganiaya orang lain dengan arogan sambil membawa-bawa “nama orang tua” serta “pangkat” Kombes, sungguh sebuah citra buruk bagi keluarga besar Polri.
Baca juga: Menanti Ketegasan Polri Usut Kasus Anak Kombes Aniaya Temannya di PTIK...
Alasan yang dikemukakan Kepala Seksi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi bahwa kasus pemukulan yang dilakukan RC putra sang Kombes karena bercanda, sepertinya sulit diterima nalar mengingat kasus-kasus yang melibatkan RC, diakui Yusna ibu korban, kerap dilakukan RC. Korban sendiri sampai sekarang masih trauma dan menderita luka (Kompas.com, 18/11/2022).
Tidak itu saja, seperti sungkan dengan pangkat Kombes, AKP Nurma menyebut candaan yang berujung penganiayaan dilakukan RC karena sifat remaja yang mudah tersulut emosi. Tidak terlalu bermasalah karena persoalan sesama anak kecil.
Mungkin Nurma lupa atau “pura-pura” lupa, kedua anak “kecil” tersebut tengah mengikuti bimbingan belajar sebagai persiapan untuk mengikuti tes masuk sebagai taruna Akademi Kepolisian. Saya rasa, kalau anak-anak kecil tentu tidak pantas mengikuti bimbingan belajar sebagai persiapan masuk taruna Akademi Kepolisian.
Jika belum masuk saja sudah berperilaku seperti itu, bagaimana nanti jika diterima dan lulus dari Akademi Kepolisian? Membiasakan kekerasan dan menyombongkan pangkat orangtuanya.
Saya punya pengalaman memiliki adik kelas di SMA yang anak penggede TNI, bahkan beberapa waktu kemudian ayahnya di dapuk sebagai Wakil Presiden. Anak kolong tersebut rendah hati, baik, dan terkenal sopan.
Saat itu ayahnya menjabat Panglima Kodam Jaya. Saat ini adik kelas saya itu mendapat kepercayaan sebagai Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri. Perilakunya saat masih bersekolah menengah hingga bintang dua di pundak, tetap humble.
Keterangan Humas Polres Metro Jakarta Selatan tersebut tentu tidak sejalan dengan pernyataan Komisioner Komisi Polisi Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti. Poengky malah menyebut hendaknya arahan Presiden Joko Widodo agar keluarga Polri – termasuk keluarga besarnya – untuk tidak arogan, pamer kemewahan, dan tidak melakukan kekerasan dijadikan patokan bagi personel Polri beserta keluarganya (Kompas.com, 17/11/2022).
Perlu menjadi warning selain tugas polisi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, hendaknya juga bisa mendidik anggota keluarganya agar bisa ikut menjaga nama baik institusi kepolisian. Mereka – sekali lagi – tidak boleh melupakan citra Polri sedang di sorot negatif oleh publik.
Upaya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengembalikan marwah polisi yang dicintai (kembali) oleh masyarakat harus mendapat dukungan. Terlebih dari personel Polri sendiri dan keluarganya.
Poengky dari Kompolnas malah menyebut tegas, jika seorang anggota polisi tidak bisa mendidik anak istrinya maka resikonya bisa berkaitan dengan jabatan yang bersangkutan.
Konon jabatan ayah RC yang Kombes adalah Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) di sebuah Polda. Saat terjadinya penganiayaan yang dilakukan RC terhadap FB, tidak ada satu pun instruktur bimbingan belajar di PTIK melerai bahkan malah membiarkan kekerasan terjadi di depan mereka.
Jagat maya sontak menjadi heboh sejak hari Sabtu dan Minggu (19 dan 20 November 2022) karena potongan video kekerasan sejumlah pelajar terhadap seorang nenek yang beredar masif.
Awalnya ada sejumlah pelajar yang naik kendaraan roda dua dan bertemu dengan seorang nenek. Di antara para pelajar itu ada yang menendang nenek, yang diduga Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), bahkan di potongan video yang lain dengan pelaku yang sama, malah memukul dengan balok kayu.