KOMPAS.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dijadwalkan akan berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.
Setidaknya 17 kepala negara dan perwakilan bakal hadir secara langsung di pertemuan ini.
Sementara itu, perang terhadap Rusia-Ukraina masih berlangsung hingga saat ini.
Selain membahas agenda penting dunia, G20 semula digadang-gadang bisa menjembatani konflik antara Rusia-Ukraina.
Namun, setelah situasi yang berubah hingga ketidakhadiran Putin, masihkah ada peluang negosiasi Rusia-Ukraina di G20?
Baca juga: Update KTT G20: Jokowi, Biden, hingga Delegasi Rusia Tiba di Bali
Menanggapi hal itu, dosen hubungan internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadi Sugiono mengatakan bahwa mungkin tidak ada peluang negosiasi damai Rusia-Ukraina di G20.
"Saya tidak optimis dengan peluang negosiasi damai Rusia-Ukraina di G20," ujar Muhadi, saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/11/2022).
Menurut dia, sebuah perundingan damai, apalagi untuk perang dengan skala besar, seperti yang terjadi di Ukraina memerlukan proses panjang.
"Sejauh ini, belum ada tanda-tanda positif untuk dilakukannya negosiasi ke arah perdamaian di antara kedua negara," lanjut dia.
Jika ada upaya perdamaian, Muhadi menambahakan, paling mungkin adalah mendorong kedua belah pihak untuk melakukan perundingan.
Muhadi mengingatkan, persoalan tersebut bukan semata-mata perang antara Rusia dan Ukraina.
"Perang ini telah melibatkan banyak negara secara tidak langsung," ujar Muhadi.
Artinya, bahkan untuk memberikan peluang negosiasi saja, bukan hal yang mudah.
Selain itu, Muhadi mengatakan, sikap anggota G20 sendiri nampaknya juga terpecah terhadap perang antara Ukraina dan Rusia.
Dengan agenda yang sangat padat yang ingin dicapai melalui pertemuan puncak G20 ini upaya untuk menyelesaikan perang Rusia-Ukraina akan memperuncing perbedaan dan menjauhkan G20 dari tujuan pembentukannya.
Baca juga: Digelar Besok, Ini 5 Manfaat G20 bagi Indonesia
Dia menjelaskan, G20 adalah forum yang istimewa.
Sebagai forum multilateral, G20 tidak lagi mengenal sekat-sekat yang selama ini menjadi karakter dari hubungan antar negara timur atau barat, utara maupun selatan.
"Kalau dari tujuan awalnya G20 adalah forum untuk mengelola krisis global, tetutama dalam bidang ekonomi," ujar Muhadi.
"Oleh karenanya, ini tetap harus mendapatkan porsi utama," kata dia.
Meski begitu, bukan tidak mungkin isu yang lebih politik, seperti Perang Ukraina masuk dalam agenda. Namun, harus dengan semangat mengelola krisis.
Muhadi mengatakan, pembahasan perdamaian Rusia-Ukraina mungkin dalam konteks ini, bukannya menjadikannya sebagai sarana managemen konflik, G20 justru cenderung menjadi ajang konflik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.