Sehari sebelum letusan hebat Merapi terjadi status gunung Merapi naik dari siaga menjadi awas pada 25 Oktober 2010.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono mengatakan, status dari siaga ke awas didasarkan data visual dan instrumental selama empat hari yang meningkat tajam.
Sebelum 21 Oktober 2010, saat status dinaikkan dari waspada menjadi siaga, jumlah guguran material di bawah 100 kali per hari. Namun, sejak 23 Oktober, guguran mencapai di atas 180 kali per hari.
Deformasi puncak hingga 21 Oktober hanya 10,5 sentimeter per hari, kemudian meningkat mencapai 42 cm per hari. Kondisi itu menandakan magma dari perut gunung sudah semakin mendekati puncak.
Gunung Merapi saat itu berpotensi eksplosif dengan pola letusan menyemburkan material ke berbagai arah.
Terkait dengan peningkatan status menjadi awas ini, sekitar 40.000 warga di kawasan rawan bencana III (radius 10 km) sekeliling Merapi kemudian diungsikan.
Warga tersebut berasal dari 12 desa yang tersebar di Sleman (7 desa), Magelang (2 desa) dan Klaten (3 desa).
Evakuasi dilakukan di sisi selatan dan barat daya Merapi yang menjadi sisi deformasi (penggembungan) dan guguran material lava.
Baca juga: Dalam Sepekan, Gunung Merapi 7 Kali Muntahkan Guguran Lava
Meskipun sudah diperintahkan mengungsi, sayangnya sebagian warga bersikukuh tak mau mengungsi, apalagi pada 2006 mereka selamat tanpa mengungsi.
Dalam peristiwa ini Mbah Maridjan yang merupakan Juru Kunci Merapi juga menolak mengungsi dan menjadi salah satu korban keganasan letusan gunung berapi tersebut.
Mbah Marijan mengaku masih "kerasan" tinggal di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman yang berjarak sekitar 4 km dari puncak Merapi.
Meski demikian, pihaknya sebenarnya sudah memperingatkan warga untuk tak mengikutinya.
"Kalau memang mereka merasa sudah waktunya mengungsi, mereka harus mengungsi. Jangan hanya manut orang bodoh yang tidak sekolah seperti saya," ujar Mbah Maridjan saat wawancara siang hari pada 26 Oktober 2010.
Akibat peristiwa ini, Mbah Maridjan dan sedikitnya 32 warga Dusun Kinahrejo ditemukan tewas, dari total setidaknya 353 orang meninggal karena letusan Merapi pada 2010.
Baca juga: Mengenang Mbah Maridjan, Sang Juru Kunci Gunung Merapi
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo menyebut letusan Gunung Merapi lebih besar dibandingkan pada tahun 1872.