Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini 12 Tahun Lalu, Erupsi Dahsyat Gunung Merapi pada 2010

Kompas.com - 26/10/2022, 08:01 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hari ini 12 tahun yang lalu, tepatnya 26 Oktober 2010, adalah hari yang kelam bagi warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi.

Pasalnya saat itu, Gunung Merapi mengalami erupsi yang cukup besar. Bahkan, letusan tersebut merupakan letusan terbesar dan lebih dari letusan yang terjadi pada 1872.

Dalam peristiwa ini, ratusan korban tewas dan puluhan ribu orang mengungsi.

Salah satu korban tewas dalam peristiwa ini adalah Mbah Maridjan yang merupakan Juru Kunci Merapi.

Baca juga: Sejarah Letusan Gunung Merapi

Kesaksian warga pada erupsi Gunung Merapi 2010

Seorang warga Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Yanti, bercerita tentang erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 26 Oktober 2010 lalu itu.

Ia mengatakan, erupsi kala itu sangat berbeda dengan tahun 2006.

Letusan yang terjadi pada 26 Oktober 2010 petang diawali suara gemuruh dari arah puncak Merapi, diikuti hujan abu, pasir dan kerikil.

Sementara pada 2006, letusan hanya ditandai hujan abu dan pasir.

"Saking takutnya, saya bahkan pergi tanpa mengunci pintu dan tidak membawa bekal apa pun," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, 2 November 2020.

Sebelum terjadinya letusan, sejumlah warga menuturkan adanya tanda-tanda alam yang seolah memberikan petunjuk.

Salah satunya, gerombolan burung jalak yang turun dari gunung. Padahal, biasanya jalak cenderung menjauh dari warga. Perilaku yang sama ditunjukkan oleh rusa dan lutung.

Meski demikian, Penasihat Radio Paguyuban Sabuk Gunung Merapi Sukiman menyebut situasi masih aman jika yang turun adalah kera ekor panjang.

"Kera ekor panjang bukan salah satu tanda (gunung akan meletus) karena kesehariannya sudah dekat dengan manusia. Kalau (yang turun) rusa, lutung, dan burung jalak, tandanya waspada," tegas Sukiman.

Baca juga: Gunung Merapi 5 Kali Keluarkan Guguran Lava Selama Sepekan

Kronologi erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010

Letusan pada 26 Oktober 2010 di Gunung Merapi terjadi 3 kali, yakni pada pukul 18.10, pukul 18.15, dan pukul 18.25 WIB.

Adapun letusan besar yang terjadi pada 26 Oktober 2010 ini masih berlanjut lagi dengan letusan pada 3 November 2010 dan 5 November 2010.

Sehari sebelum letusan hebat Merapi terjadi status gunung Merapi naik dari siaga menjadi awas pada 25 Oktober 2010.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono mengatakan, status dari siaga ke awas didasarkan data visual dan instrumental selama empat hari yang meningkat tajam.

Sebelum 21 Oktober 2010, saat status dinaikkan dari waspada menjadi siaga, jumlah guguran material di bawah 100 kali per hari. Namun, sejak 23 Oktober, guguran mencapai di atas 180 kali per hari.

Deformasi puncak hingga 21 Oktober hanya 10,5 sentimeter per hari, kemudian meningkat mencapai 42 cm per hari. Kondisi itu menandakan magma dari perut gunung sudah semakin mendekati puncak.

Gunung Merapi saat itu berpotensi eksplosif dengan pola letusan menyemburkan material ke berbagai arah.

Terkait dengan peningkatan status menjadi awas ini, sekitar 40.000 warga di kawasan rawan bencana III (radius 10 km) sekeliling Merapi kemudian diungsikan.

Warga tersebut berasal dari 12 desa yang tersebar di Sleman (7 desa), Magelang (2 desa) dan Klaten (3 desa).

Evakuasi dilakukan di sisi selatan dan barat daya Merapi yang menjadi sisi deformasi (penggembungan) dan guguran material lava.

Baca juga: Dalam Sepekan, Gunung Merapi 7 Kali Muntahkan Guguran Lava

Juru kunci Mbah Maridjan meninggal

Bekas Rumah Maridjan, Juru Kunci Merapi yang menjadi Korban Erupsi 2010 kini menjadi lokasi wisata di Kinah Bali RejoKOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Bekas Rumah Maridjan, Juru Kunci Merapi yang menjadi Korban Erupsi 2010 kini menjadi lokasi wisata di Kinah Bali Rejo
Meskipun sudah diperintahkan mengungsi, sayangnya sebagian warga bersikukuh tak mau mengungsi, apalagi pada 2006 mereka selamat tanpa mengungsi.

Dalam peristiwa ini Mbah Maridjan yang merupakan Juru Kunci Merapi juga menolak mengungsi dan menjadi salah satu korban keganasan letusan gunung berapi tersebut.

Mbah Marijan mengaku masih "kerasan" tinggal di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman yang berjarak sekitar 4 km dari puncak Merapi.

Meski demikian, pihaknya sebenarnya sudah memperingatkan warga untuk tak mengikutinya.

"Kalau memang mereka merasa sudah waktunya mengungsi, mereka harus mengungsi. Jangan hanya manut orang bodoh yang tidak sekolah seperti saya," ujar Mbah Maridjan saat wawancara siang hari pada 26 Oktober 2010.

Akibat peristiwa ini, Mbah Maridjan dan sedikitnya 32 warga Dusun Kinahrejo ditemukan tewas, dari total setidaknya 353 orang meninggal karena letusan Merapi pada 2010.

Baca juga: Mengenang Mbah Maridjan, Sang Juru Kunci Gunung Merapi

Erupsi Merapi 2010 lebih besar dari 1872

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo menyebut letusan Gunung Merapi lebih besar dibandingkan pada tahun 1872.

"Jika diukur dengan indeks letusan, maka letusan pada 2010 ini lebih besar dibanding letusan Merapi yang pernah tercatat dalam sejarah, yaitu pada 1872," kata Subandriyo, dikutip dari Kompas.com, 9 November 2010.

Menurut dia, salah satu indikator yang dipakai menentukan besar indeks letusan adalah dari jumlah material vulkanik yang dilontarlam.

Di mana pada tahun 1872, jumlah material vulkanik yang terlontar mencapai 100 juta meter kubik.

Namun pada 26 Oktober hingga 9 November 2010 jumlah lontaran mencapai 140 juta meter kubik.

Adapun abu erupsi saat itu terbang jauh hinggga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Dampak dari letusan ini juga menyebabkan Dusun Kinahrejo yang merupakan tempat tinggal Mbah Maridjan menyatu dengan dusun Kaliadem akibat terbenam material endapan vulkanik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com