Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Virus Mirip Ebola di Monyet Afrika, Dapat Memicu Pandemi Berikutnya

Kompas.com - 02/10/2022, 19:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi laboratorium di University of Colorado Boulder menyebutkan bahwa para ilmuwan menemukan virus baru mirip ebola yang diduga bisa menyebabkan kematian pada September 2022.

Virus itu adalah Simian Hemorrhagic Fever Virus (SHFV).

SHFV adalah virus yang sangat patogen yang biasa ditemukan pada primata non-manusia. Ini menyebabkan demam parah dan pendarahan internal, serta belum ada obatnya.

Wabah pertama terjadi di Uni Soviet dan laboratorium NIH yang berbasis di AS pada 1960-an. 

Baca juga: Dokter Meninggal Akibat Ebola di Uganda, Petugas Kesehatan Pertama yang Tewas

Terdeteksi pada monyet di Afrika

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (30/9/2022), para ilmuwan menyebut, SHFV terdeteksi pada lima monyet di Afrika.

Monyet-monyet yang terinfeksi itu mengalami gejala demam, retensi cairan di jaringan tubuh, anoreksia, dan pendarahan.

Penyakit ini hampir selalu berakibat fatal dalam waktu sekitar dua minggu.

Tidak hanya menyebabkan gejala mirip Ebola yang menghancurkan sistem imun, virus ini juga bisa menyebabkan pendarahan internal dan membunuh hampir semua primata yang terinfeksi.

Mereka pun khawatir jika virus ini akan menjadi ancaman besar berikutnya sebab ada kemungkinan menular ke manusia.

"Virus hewan ini telah menemukan cara untuk mendapatkan akses ke sel manusia, menggandakan dirinya sendiri, dan melarikan diri dari beberapa mekanisme kekebalan penting yang kita harapkan untuk melindungi kita dari virus hewan," ujar penulis senior studi terkait, Dr. Sara Sawyer.

Dr. Sawyer menambahkan, virus ini dinilai virus yang cukup langka. Oleh karena itu, para ilmuwan wajib memperhatikan aktivitas virus.

Baca juga: Wabah Ebola Sudan Muncul Kembali di Uganda, Catat 7 Kasus dan 1 Kematian

Ada kesamaan antara SHFV dengan Simian.

Sementara itu, penulis lain dalam studi terkait, Prof Cody Warren menyampaikan, ada kesamaan yang mendalam antara SHFV dengan Simian.

"Kesamaan yang mendalam antara virus ini dan virus simian yang memunculkan pandemi HIV," ujar Prof Warren.

Menurut dia, hanya karena para ilmuwan belum mendiagnosis infeksi virus arteri pada manusia bukan berarti tidak ada manusia yang terpapar.

Para peneliti memfokuskan pekerjaan mereka pada keluarga virus yang disebut arterivirus yang biasanya beredar di antara babi dan kuda, tetapi tidak cukup dipelajari pada primata non-manusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com