Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mengutamakan Kemanusiaan ketimbang Kebencian

Kompas.com - 14/08/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAK ada agama mengajarkan kebencian. Maka peristiwa penusukan terhadap sastrawan Salman Rushdie, penulis buku Ayat-ayat Setan yang dianggap melakukan penistaan agama sungguh sangat amat terlalu memprihatinkan.

Sementara peradaban umat manusia kini sudah tergerus oleh rentetan peristiwa pengejawantahan naluri kebencian menjadi kenyataan kekerasan verbal dan ragawi oleh sesama manusia terhadap manusia mulai fitnah, hujatan, penghinaan, perang sampai pembunuhan maka nurani kemanusiaan makin hancur lebur oleh peristiwa penusukan terhadap Salman Rusdhie dengan dalih membela agama.

Sebagai manusia biasa memang Salman Rusdie tidak sempurna, maka pasti pernah melakukan kesalahan.

Namun kesalahan apa pun yang dilakukan seorang manusia sama sekali bukan alasan untuk sesama manusia melakukan kekerasan terhadap sesama manusia.

Tampaknya pada masa setelah umat manusia dirundung pagebluk Corona sejak 2020 dan masih belum berakhir sampai saat naskah sederhana ini ditulis apa yang disebut sebagai kemanusiaan terkesan seolah sudah lenyap dari permukaan peradaban umat manusia.

Upaya membunuh Salman Rusdie merupakan bagian dari rentetan ingkar kemanusiaan yang makin merajalela sehinga memecahkan perang Rusia-Ukraina yang kini terancam disusul oleh perang China-Taiwan sehingga bukan merupakan kebetulan belaka, namun sudah merupakan wake up call panggilan kebangkitan bagi seluruh umat manusia untuk bersama menghidupkan kembali kemanusiaan sebagai pedoman perjalanan hidup diri setiap insan manusia.

Marilah kita semua mulai dari diri kita masing-masing lebih mengedepankan perasaan konstruktif terhadap kemanusiaan, yaitu kepedulian, kebela-rasaan, empati, welas asih dan tentu saja mengutamakan kasih sayang ketimbang kebencian.

Memang semua itu lebih mudah diucapkan ketimbang diwujudkan. Namun bukan berarti mustahil mampu diwujudkan seperti telah dibuktikan oleh Ibu Teresa, Master Cheng Yen, Mahatma Gandhi, Albert Schweitzer, Sandyawan Sumardi, Sri Palupi dan lain-lain pejuang kemanusiaan yang mustahil saya sebut semuanya di ruang sangat terbatas pada naskah sangat sederhana ini.

Para pewujud kemanusiaan telah membuktikan bahwa pada hakikatnya kemanusiaan yang abstrak mampu diwujudkan secara nyata untuk berperan sebagai pedoman perjalanan hidup umat manusia dengan bukan saling menyengsarakan, namun saling menyejahterakan dan membahagiakan.

Seharusnya manusia yang memahami makna luhur terkandung di dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab tidak mengumbar angkara murka kebencian tetapi menghayati kemudian mewujudkan ajaran kasih-sayang yang pada hakikatnya sudah secara melekat terkandung di semua agama serta kearifan kehidupan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com