Sejarawan New York University, Matt Stanley menjelaskan, penyebab kegagalan Einstein sebagai dosen sebagian besar karena kesalahan Einstein. "Ia bukan siswa yang hebat, ia pun tidak menghormati para profesornya dan banyak membolos kelas karena terlalu yakin bahwa ia akan lulus."
Hasil telusuran para sejarawan juga menemukan, Einstein suka mabuk. Dalam sebuah kartu pos tahun 1915 yang dikirimkan kepada temannya, Conrad Habicht, Einstein menulis, "Kami, celakanya, mabuk berat dan "tewas" di bawah meja."
"Einstein muda rupanya seorang bohemian, bukan sosok orang bijak seperti yang terpikirkan oleh kita saat ini," ungkap Stanley.
Sebagai catatan, Habicht diketahui sebagai salah satu pendiri Olympia Academy di Bern, klub minum-minum di mana orang berkumpul untuk berdebat filsafat dan sains.
Belakangan, Einstein menyebut bahwa klub itu memberikan dampak luar biasa pada kariernya.
Selanjutnya, sebagaimana kebanyakan tokoh dunia lainnya, Eisntein juga mengalami perceraian. Einstein menikah dengan salah satu rekan fisikawan, Mileva Maric, tahun 1903. Perkawinan tersebut penuh dengan dinamika dan berakhir tahun 1919, tahun di mana perjanjian Versailes ditandatangani. Isi perjanjian itu adalah Jerman mengakui kekalahan atas sekutu di Perang Dunia Pertama.
"Dalam lembar-lembar suratnya kita lihat Einstein muda sedikit pemberontak, dan tidak tahan godaan wanita," terang Stanley.
"Ia sempat menjalin beberapa hubungan romantis yang berakhir kurang baik, meski saya kira ia memetik sejumlah pelajaran di kemudian hari," tambah Stanley .
Kemudian Einstein menikahi sepupunya, Elsa, pada tahun yang sama dengan tahun perceraiannya dengan Maric. Namun, pernikahan kedua itu juga tidak berjalan mulus.
Kehidupan anak-anak Einstein juga berantakan. Einstein bahkan menyebut anaknya 'bajingan' dalam sebuah surat, walaupun layaknya orangtua lainnya, Einstein tentu amat menyayangi anak-anaknya.
Baca juga: Begini Kisah Unik di Balik Foto Ikonik Einstein Menjulurkan Lidahnya
Einstein selalu menulis surat dalam setiap kepergiannya kepada kedua anaknya, yaitu Hans Albert dan Eduard. Namun hidup Eduard berbalik tragis ketika dia didiagnosis mengidap skizofrenia di usia 20 tahun. Sementara Hans Albert, putra sulungnya, mengalami masalah keuangan. Seperti banyak ayah-ayah lain, Einstein menghadapi persoalan pula dengan anak-anaknya.
Terakhir, Einstein juga melakukan perjalanan untuk "melarikan diri." Dalam setiap perjalanan yang dilakukan oleh sang genius, ada kisah di baliknya yang tidak banyak diketahui. Einstein pernah pergi bertualang jauh dari negaranya, ke Jepang. Kemudian diketahui bahwa perjalanan tersebut adalah tindakan untuk melewatkan upacara penganugerahan hadiah Nobel terhadap dirinya.
Sang ahli fisika itu dikabarkan juga mengakui bahwa pembunuhan Menlu Jerman, Walther Rathenau, oleh ekstremis sayap-kanan pada tahun itu, adalah salah satu alasand ia meninggalkan Jerman untuk sementara waktu. Einstein kemudian bahkan beremigrasi ke AS dari Eropa. Perjalanan ini dilakukan pada masa kekuasaan Hitler.
Einstein juga memilih negara AS sebagai tempat menghabiskan sisa hidupnya. Einstein meninggal dunia tahun 1955 di Princeton.
Ya begitulah hidup, tak mengecualikan Einstein sekalipun. Ada duka, ada suka, ada pahit, ada manis, dan ada-ada saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.