KOMPAS.com – Aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di Sri Lanka membuat Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, Sabtu (9/7/2022), menyatakan akan mundur dari jabatannya setelah pemerintahan baru terbentuk.
Beberapa jam kemudian, parlemen mengumumkan Presiden Gotabaya Rajapaksa akan mundur pada Rabu mendatang.
Dalam aksi demonstrasi tersebut pengunjuk rasa bahkan menyerbu ke Istana Presiden, menggeledah berbagai sudut Istana, hingga berenang di kolam renangnya.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Akhirnya Setuju untuk Mengundurkan Diri
Dikutip dari laman Britannica, Presiden Sri Lanka adalah Gotabaya Rajapaksa (73).
Gotabaya lahir pada 20 Juni 1949 dan menjadi presiden sejak tahun 2019.
Sebelum menjabat sebagai kepala negara, Gotabaya adalah perwira militer dan juga seorang politisi di Sri Lanka.
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Kementerian Pertahanan pada tahun 2005 hingga 2015.
Gotabaya dianggap sebagai salah satu tokoh penting yang memainkan peran dalam berakhirnya perang saudara di Sri Lanka tahun 1983-2009 melalui eskalasi kekerasan.
Meski demikian dia juga dianggap melakukan kejahatan perang dan juga pelanggaran hak asasi manusia terkait hal ini.
Gotabaya berasal dari lingkungan keluarga Buddha Sinhala dan merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara.
Ayah Gotabaya, DA Rajapaksa merupakan anggota parlemen Sri Lanka tahun 1947 sampai dengan 1965.
Gotabaya menempuh pendidikan sekolah menengah di Ananda College di Colombo, ibu kota Sri Lanka.
Setelah lulus dari pendidikan menengah dia menjadi tentara Sri Lanka pada tahun 1971.
Ia juga pernah menjalani pelatihan dan kursus di India, Pakistan, dan juga di Amerika Serikat serta mendapat gelar master dalam studi pertahanan di Universitas Madras, India tahun 1983.