Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ign Joko Dwiatmoko
Guru

Guru, Blogger dan Penulis Buku

Gugur Gunung, Gamelan dan Filosofi Pancasila Era Digital

Kompas.com - 02/06/2022, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dari alat-alat yang berbeda muncul suara yang nyaman didengar, bisa bermakna megah, damai, bisa memberi terapi pada pikiran, jiwa saat mendengarkan alunan gamelan yang dipukul lembut.

Bisa menjadi sebuah latar belakang musik untuk mengiringi tarian, wayang, ketoprak, tari tradisional.

Gamelan ternyata bukan hanya bisa dinikmati oleh orang Jawa saja sebagai pencipta alat musik gamelan.

Gamelan telah melanglang buana di hampir semua benua. Banyak komunitas masyarakat pencinta musik dan budaya mempelajari gamelan.

Amerika, Rusia, Eropa (Inggris, Jerman, Belanda dan beberapa negara Eropa lain), terutama universitas yang membuka mata kuliah musik tradisional, atau musik etnis. Juga di Selandia Baru, Australia, Argentina, Jepang, Korea Selatan.

Melihat antusiasme masyarakat dunia pada gamelan betapa Indonesia harus berbangga, sebab dengan budaya terutama dari hasil kesenian dan kerajinan telah membuat Indonesia terkenal.

Nilai-nilai positif dan kekuatan budaya Indonesia menjadi andalan untuk ekspansi menguasai dunia dan berlari mengejar ketertinggalan dengan negara-negara yang sudah lebih maju.

Kebanggaan itu sekaligus juga ironis, karena ternyata banyak anak muda Indonesia malah gandrung dengan budaya barat dan juga yang berasal dari Korea dan Jepang. Sementara gamelan mulai menjadi musik favorit di mancanegara.

Banyak universitas di Inggris mempunyai alat musik gamelan. Mereka mempunyai kelompok untuk memainkannya.

Mereka tidak tanggung-tanggung belajar dan melestarikan budaya Indonesia di negaranya, sementara generasi penerus Indonesia apakah banyak mengenal seni budaya asli?

Semoga catatan penulis salah. Dari beberapa pementasan yang sering penulis lihat baik di televisi, media sosial maupun penampilan live sebetulnya banyak muda suka dengan alat musik gamelan.

Namun banyak instansi, lembaga pendidikan dan komunitas sosial jarang yang mau menyediakan dan membiayai untuk membeli alat musik tradisional.

Sayang jika suatu saat nanti kalau mau menikmati gamelan harus ke Inggris, Rusia, Jepang, ataupun Australia.

Saatnya merangkul budaya sebagai salah satu cara untuk membangun budaya politik yang lebih santun, saling mengisi, bersaing dan berkejaran dalam harmoni, bukan saling menjatuhkan.

Kalau membunyikan gamelan tanpa adab, tanpa harmoni dan tanpa aturan hasilnya hanya bunyi yang bikin rusak telinga, bikin emosi.

Pancasila tidak perlu dipanggungkan di forum debat, cukup perkenalkan lewat jalur budaya. Dengarkan musiknya, pahami syairnya dan unduh semangat yang tersirat dalam lagu tersebut.

Para politisi dan pemimpin belajarlah dari alat musik gamelan. Karena jika benar-benar dipraktikkan maka alangkah maju dan kuatnya negeri ini.

Yang terjadi saat ini politik tampak gaduh karena nadanya saling menjatuhkan bukan saling mengisi menuju kesempurnaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Tren
Pengakuan Istri, Anak, dan Cucu SYL soal Dugaan Aliran Uang dari Kementan

Pengakuan Istri, Anak, dan Cucu SYL soal Dugaan Aliran Uang dari Kementan

Tren
Biaya Maksimal 7 Alat Bantu Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Ada Kacamata dan Gigi Palsu

Biaya Maksimal 7 Alat Bantu Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Ada Kacamata dan Gigi Palsu

Tren
Kronologi Mayat Dalam Toren Air di Tangsel, Diduga Tetangga Sendiri

Kronologi Mayat Dalam Toren Air di Tangsel, Diduga Tetangga Sendiri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com