Dari alat-alat yang berbeda muncul suara yang nyaman didengar, bisa bermakna megah, damai, bisa memberi terapi pada pikiran, jiwa saat mendengarkan alunan gamelan yang dipukul lembut.
Bisa menjadi sebuah latar belakang musik untuk mengiringi tarian, wayang, ketoprak, tari tradisional.
Gamelan ternyata bukan hanya bisa dinikmati oleh orang Jawa saja sebagai pencipta alat musik gamelan.
Gamelan telah melanglang buana di hampir semua benua. Banyak komunitas masyarakat pencinta musik dan budaya mempelajari gamelan.
Amerika, Rusia, Eropa (Inggris, Jerman, Belanda dan beberapa negara Eropa lain), terutama universitas yang membuka mata kuliah musik tradisional, atau musik etnis. Juga di Selandia Baru, Australia, Argentina, Jepang, Korea Selatan.
Melihat antusiasme masyarakat dunia pada gamelan betapa Indonesia harus berbangga, sebab dengan budaya terutama dari hasil kesenian dan kerajinan telah membuat Indonesia terkenal.
Nilai-nilai positif dan kekuatan budaya Indonesia menjadi andalan untuk ekspansi menguasai dunia dan berlari mengejar ketertinggalan dengan negara-negara yang sudah lebih maju.
Kebanggaan itu sekaligus juga ironis, karena ternyata banyak anak muda Indonesia malah gandrung dengan budaya barat dan juga yang berasal dari Korea dan Jepang. Sementara gamelan mulai menjadi musik favorit di mancanegara.
Banyak universitas di Inggris mempunyai alat musik gamelan. Mereka mempunyai kelompok untuk memainkannya.
Mereka tidak tanggung-tanggung belajar dan melestarikan budaya Indonesia di negaranya, sementara generasi penerus Indonesia apakah banyak mengenal seni budaya asli?
Semoga catatan penulis salah. Dari beberapa pementasan yang sering penulis lihat baik di televisi, media sosial maupun penampilan live sebetulnya banyak muda suka dengan alat musik gamelan.
Namun banyak instansi, lembaga pendidikan dan komunitas sosial jarang yang mau menyediakan dan membiayai untuk membeli alat musik tradisional.
Sayang jika suatu saat nanti kalau mau menikmati gamelan harus ke Inggris, Rusia, Jepang, ataupun Australia.
Saatnya merangkul budaya sebagai salah satu cara untuk membangun budaya politik yang lebih santun, saling mengisi, bersaing dan berkejaran dalam harmoni, bukan saling menjatuhkan.
Kalau membunyikan gamelan tanpa adab, tanpa harmoni dan tanpa aturan hasilnya hanya bunyi yang bikin rusak telinga, bikin emosi.
Pancasila tidak perlu dipanggungkan di forum debat, cukup perkenalkan lewat jalur budaya. Dengarkan musiknya, pahami syairnya dan unduh semangat yang tersirat dalam lagu tersebut.
Para politisi dan pemimpin belajarlah dari alat musik gamelan. Karena jika benar-benar dipraktikkan maka alangkah maju dan kuatnya negeri ini.
Yang terjadi saat ini politik tampak gaduh karena nadanya saling menjatuhkan bukan saling mengisi menuju kesempurnaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.