Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Konsumsi Daging Sapi di Tengah Wabah PMK

Kompas.com - 15/05/2022, 11:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjelang datangnya hari raya Idul Kurban, wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease ditemukan menjangkit hewan ternak sapi di sejumlah wilayah di Indonesia, mulai dari Aceh, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Hal ini tentu mendatangkan kekhawatiran bagi masyarakat, baik yang akan melakukan kurban sapi, maupun masyarakat umum yang akan menerima daging kurban tersebut.

Pertanyaan terkait daging sapi yang terkena PMK pun bermunculan.

Bolehkah sapi dengan PMK disembelih?

Amankah dagingnya untuk dikonsumsi? Dan sebagai bentuk kehati-hatian, bagaimana semestinya mengolah daging sapi di masa wabah ini?

Perlu diketahui, PMK sesungguhnya menjangkit hewan ternak tak hanya sapi, tapi bisa juga kambing, kerbau, babi, domba, kuda, dan lain sebagainya.

Baca juga: Bisakah Daging Sapi yang Terinfeksi PMK Dikonsumsi?

Boleh disembelih

Di tengah kewaspadaan masyarakat akan banyaknya kasus infeksi PMK pada hewan ternak, ahli menyebut hewan yang terinfeksi penyakit ini tetap bisa dan aman untuk disembelih.

Hal itu disampaikan oleh Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Dr. drh. Slamet Raharjo, M.P.

"Terkait penyakit PMK yang dapat menyerang sapi, kambing, kerbau, domba, babi, kuda dan hewan ruminansia lain sejatinya tidak zoonosis atau tidak menular ke manusia," kata Slamet kepada Kompas.com, Sabtu (14/5/2022).

Dengan begitu, keberadaan hewan-hewan dengan infeksi PMK di sekitar kita tidak akan menularkan virusnya kepada manusia.

Berkaitan dengan keadaan itu, maka Slamet menyebut sapi atau hewan lain yang mengidap penyakit ini tidak masalah untuk disembelih.

"Sapi dan ternak lain yang tertular tetap boleh disembelih," jelas dia.

Baca juga: Lebih dari 1.200 Ternak di Jatim Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Pertimbangkan Lockdown

Dagingnya aman dikonsumsi

Tak hanya aman disembelih, Slamet juga mengatakan bahwa daging hewan yang terkonfirmasi tertular virus penyebab penyakit mulut dan kuku ini aman untuk dikonsumsi dengan syarat perlakuan tertentu.

"Dagingnya aman untuk dikonsumsi setelah daging dilayukan sampai pH daging turun menjadi sekitar atau di bawah 6, atau dibekukan atau dimasak sempurna," jelas dia.

Slamet menegaskan, selama perlakuan pemotongan dan pelayuan daging dilakukan dengan benar, maka tidak ada bahaya bagi manusia jika mengonsumsi daging sapi atau hewan lain yang terkena PMK.

Meski demikian, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut ada bagian-bagian tertentu dari sapi dengan PMK yang harus dihindari untuk dikonsumsi.

Bagian-bagian adalah bagian kaki, organ dalam atau jeroan, dan bagian mulut seperti bibir dan lidah.

"Tapi yang lain masih bisa direkomendasi. Dagingnya pun masih bisa dimakan," kata Syahrul, dikutip dari Antara (11/5/2022).

Baca juga: Daging Ternak yang Tertular PMK Bisa Dikonsumsi, tapi dengan Cara Ini…

Imbauan

Meski relatif aman untuk manusia, namun virus penyebab PMK dapat menyebar dengan mudah dan cepat ke hewan ternak lain.

Oleh karenanya, penyembelihan sapi atau hewan ternak yang terinfeksi harus dilakukan secara terpisah sebagai bentuk kehati-hatian.

"Penyembelihan sapi atau ternak lain yang positif PMK harus dilakukan secara hati-hati atau khusus supaya daging dan bagian tubuh lain yang diedarkan tidak menjadi sumber penular virus ke lapangan," jelas Slamet.

"Juga penanganan limbahnya harus dilakukan dengan cermat untuk meminimalisir pencemaran virus di lingkungan," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com