PADA mulanya adalah Dentuman Besar (Big Bang), yang terjadi pada 13,5 miliar tahun yang lalu.
Kemudian bertaburanlah berbagai debu langit, membentuk awan-awan yang memenuhi ruang angkasa.
Awan-awan mengumpul, menggumpal dan memadat, sekaligus memanas. Terbentuklah bintang-bintang di ruang angkasa yang gelap gulita.
Bintang-bintang tarik menarik satu sama lain, mengelompok menjadi galaksi-galaksi. Setiap galaksi terbentuk dari miliaran bintang.
Menggunakan teleskop tercanggih, Edwin Hubble seabad yang lalu menyimpulkan bahwa galaksi-galaksi bergerak semakin menjauh.
Kini ilmuwan sepakat, alam semesta terus mengembang, tanpa diketahui batas-batasnya.
Satu dari miliaran galaksi disebut Milky Way atau Bima Sakti, di dalamnya terdapat bintang Matahari.
Matahari dikelilingi planet-planet, salah satunya disebut Bumi. Bumi dikitari bulan, yang hanya satu-satunya.
Terbentuknya benda-benda di ruang angkasa ini merupakan proses fisika. Yang terjadi setelah itu adalah proses kimia.
Di permukaan bumi yang telah menjadi padat, sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, atom-atom yang disemburkan saat terjadi Dentuman Besar membentuk berbagai molekul.
Oksigen dan hidrogen membentuk air (H2O), natrium dan klorida membentuk garam (NaCl). Karbon, oksigen dan hidrogen membentuk gula (C12H22O11), dan seterusnya.
Namun proses kimia yang terpenting adalah ketika beberapa atom membentuk senyawa protein tertentu.
Berbeda dengan senyawa lain, senyawa protein ini dapat membelah diri, sehingga semakin lama semakin banyak dan besar.
Senyawa-senyawa baru terbentuk dengan mengikat atom-atom lain. Zat-zat organik paling awal pun lahir, menjadi cikal bakal kehidupan di muka bumi. Proses biologi ini tidak berlangsung sekejap, namun miliaran tahun.
Yuval Noah Harari dalam bukunya Sapiens: A Brief History of Humankind (2014) memberi ulasan panjang lebar mengenai riwayat perjalanan manusia, salah satu makhluk yang hidup di muka bumi, dari sosoknya yang sederhana hingga menjadi manusia modern seperti sekarang ini.
Pada 2,5 juta tahun lalu, makhluk hidup mirip manusia sekarang sudah dijumpai di berbagai bagian bumi.
Mereka keluar dari Afrika timur, sekelompok demi sekelompok, untuk mencari wilayah yang lebih nyaman.
Pada mulanya mereka menjadi pemburu binatang liar, dan pengumpul buah dan biji-bijian untuk makanan sehari-hari.
Sampai tahap ini, perilaku manusia purba itu tidak ada bedanya dengan perilaku hewan lain, seperti sepupu terdekatnya, simpanse.
Menurut Harari, ada beberapa spesies manusia pada saat itu, yaitu Homo neanderthal yang mengembara di daratan Eropa dan Asia barat, Homo denisova di Siberia, Homo erectus di Asia sebelah timur, Homo soloensis di lembah Bengawan Solo, dan Homo floresiensis di Pulau Flores.
Namun mereka satu demi satu kemudian punah, karena berbagai sebab, seperti perubahan iklim, dikalahkan binatang buas, atau karena diperangi spesies manusia lain.
Homo floresiensis, misalnya, mencapai daratan Flores saat ini ketika permukaan laut rendah. Saat permukaan laut naik, mereka terperangkap di pulau itu.
Manusia yang bertubuh besar punah lebih dahulu karena kekurangan makanan. Yang tinggal adalah manusia yang bertubuh kecil, setinggi 1 meter dengan berat badan 25 kg saat dewasa.
Manusia kerdil ini berhasil menaklukkan gajah yang juga kerdil, dengan peralatan sederhana. Tulang belulang manusia kerdil ini, disebut Hobbit, ditemukan pada tahun 2003 di gua Liang Bua, Manggarai.