Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Jalan Terjal Pengembaraan Homo Sapiens

Kompas.com - 15/05/2022, 07:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sementara itu, beberapa spesies manusia lain juga lahir di Afrika, antara lain Homo rudolfensis, Homo ergaster dan Homo sapiens.

Seperti pendahulunya, mereka sekelompok demi sekelompok, menyebar ke bagian-bagian bumi lain.

Jika saat ini hanya ada satu jenis manusia, pada jutaan tahun yang lalu beberapa spesies manusia itu hidup pada waktu yang bersamaan.

Sebagian spesies bertahan hanya puluhan ribu tahun, dan yang terlama adalah Homo erectus, yang hidup selama 2 juta tahun.

Antara spesies-spesies manusia tidak hanya terjadi persaingan memperebutkan wilayah perburuan, namun juga terjadi perkawinan, walaupun sangat jarang terjadi.

Riset menunjukkan bahwa 1 sampai 4 persen DNA manusia modern di Eropa adalah DNA Neanderthal. Homo neanderthal telah punah, namun meninggalkan jejak abadi hingga kini.

Homo sapiens, nenek moyang manusia modern sekarang ini, teridentifikasi mulai keluar dari Afrika menuju pelosok bumi lain pada 100.000 tahun yang lalu.

Namun mereka dapat diusir mundur oleh Homo neanderthal dari wilayah Timur Tengah. Baru pada 70.000 tahun yang lalu Homo sapiens berhasil mengalahkan Homo neanderthal dan juga spesies-spesies manusia lain.

Selama 40.000 tahun kemudian, Homo sapiens menyebar dan menguasai sebagian besar tempat-tempat yang dapat dihuni di muka bumi, hingga ke Australia, melalui jalur darat dan menyeberangi lautan.

Mereka mampu membuat peralatan sederhana dari kayu, kemudian dari batu, untuk berburu binatang liar.

Dengan alat-alat ini, semakin banyak daging hewan yang dapat ditangkap dan dikonsumsi Homo sapiens, termasuk sumsum binatang, meniru kegemaran singa dan binatang besar lain.

Pola konsumsi dan kebiasaan baru dalam berburu binatang menyebabkan otak Homo sapiens bertambah besar dan demikian juga kemampuan berpikir dan berkomunikasinya.

Harari menyebut perubahan ini sebagai Revolusi Berpikir (Cognitive Revolution). Sejak itu, Homo sapiens menjadi penguasa bumi tunggal, karena berhasil mengungguli makhluk hidup lain, dengan alat-alat dari batu dan api yang dibuatnya.

Perkembangan cepat berikutnya terjadi pada 12.000 tahun yang lalu, ketika Homo sapiens mulai mampu menanam gandum dan padi di sepetak lahan untuk memastikan adanya ketersediaan makanan, daripada mengumpulkan biji-bijian yang tidak selalu ditemukan dan membusuk jika disimpan lama.

Homo sapiens juga mulai mendomestikasi hewan liar, seperti sapi, domba, babi dan ayam. Perkembangan cepat ini disebut Harari sebagai Revolusi Pertanian.

Selama beberapa ribu tahun berikutnya permukiman manusia yang permanen mulai bermunculan.

Dusun-dusun menjadi desa, desa-desa menjadi kota kecil, dan kota-kota kecil menjadi kota yang lebih besar.

Berbagai institusi dalam masyarakat dibentuk untuk mengatur hubungan antarorang agar terwujud masyarakat yang harmonis.

Kerajaan-kerajaan berdiri, dengan banyak tentara dipekerjakan untuk menyerang atau bertahan dari serbuan kerajaan lain.

Beberapa kerajaan memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke benua lain. Terbentuklah imperium-imperium seperti Inggris, Spanyol, Perancis, Belanda.

Perubahan yang signifikan terjadi sekitar 500 tahun yang lalu. Pada saat itu muncul kesadaran baru di kalangan penguasa kerajaan yang telah kaya raya untuk mengembangkan kreasi-kreasi baru dari apa yang sudah ada.

Mereka memberi dukungan kepada pendeta, filsuf dan penyair untuk membuat sesuatu yang dapat melanggengkan kekuasaannya dan merawat tatanan sosial yang ada.

Para ilmuwan pun terdorong untuk memahami fenomena alam dengan melakukan observasi dan menciptakan alat-alat baru seperti teropong dan mikroskop.

Ilmu matematika dikembangkan untuk menghubungkan hasil-hasil observasi sehingga menghasilkan teori baru dengan kesalahan minimal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com