Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Kartini, Kesalehan Sosial dan Eksibisi Indonesian Women Artists #3

Kompas.com - 04/05/2022, 06:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Sebenarnya ini sebuah simbol, tidak tentang perempuan saja, bahwa masa penjelajahan
samudera memang ada figur perempuan-perempuan perkasa saat Nusantara dieksploitasi oleh bangsa asing”.

“Semisal sosok ksatria Inong Balee, Laksamana Malahayati (Aceh) hadir, tatkala kongsi dagang
Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) bersaing dengan kongsi dagang Inggeris
(East India Company/EIC) memunculkan pergolakan berdarah.

Perang total terjadi abad itu, di sejumlah kerajaan Nusantara seperti Aceh, Madura dan Banten”.

“Rempah-rempah terutama buah pala menjadi primadona dunia untuk elemen obat dan
makanan di Eropa—yang mengakibatkan pembantaian 15.000 etnik Banda di Batavia”.

Tita merekonstruksi tiga buah perahu perang dengan patung sosok berjubah buah pala berbalut emas, yang di masa itu, perahu-perahu cadik sangat bisa menandingi kecanggihan perahu- perahu raksasa para penjelajah bangsa Eropa.

Dyan Anggraeni bercerita lain, memilih mempresentasikan karya-karya mewakilkan ”jalan
pedang perempuan lembut”—dalam hal ini ingin bertutur banyak tentang pengalaman dirinya
beririsan juga dengan yang komunal.

Dengan bahasa perlambangan bermakna upaya untuk perempuan untuk selalu mandiri.

Patung-patung kaki perempuan terlihat dicoret-coret teks- teks tertentu. Menjadi penanda, perempuan harus tengadah, berjalan dengan kaki kokoh, juga lukisan-lukisan sosok bertopeng misterius gambaran tentang profesinya sebagai birokrat di masa lalu.

Sementara itu, Dolorosa, seniman sekaligus aktivis ini mengajak kita berefleksi dengan sejumlah patungnya tentang kerapuhan diri (fana), kematian dan kegetiran peristiwa-peristiwa
tragik pada sejarah tahun 1965.

Manusia-manusia terkulai dalam liang lahat—separuh liang kubur dan buku memori, atau
sedang terpekur di hadapan tubuh kuburnya.

Dolo menggambarkan manusia-manusia penguasa politik saat ini menampik ingat, bagi sebagian keluarga korban dan Dolo sendiri sepertinya mereka (penguasa-penguasa itu) menolak takdir.

Karya itu, seraya menggugat yang sudah terjadi namun sia-sia menyanyat benak; dan berserah diri mungkin terlukiskan di sana?

Samar-samar wajah Tuhan terselip dalam ekspresi gestur tubuh patung, selain gugatan atas sejarah kelam.

Lingkungan hidup, keindonesiaan dan stigma sosial

Selanjutnya kita bisa menyaksikan karya seniman senior lainnya, Arahmaiani dengan video tentang performannya selain proyek lamanya tentang bendera berimej huruf tertentu.

Mengaitkannya pada ke-Indonesiaan, komuntas-komunitas tertentu dan lingkungan hidup.

“Saya selalu ada interaksi dengan komunitas-komunitas, orang-orang dengan kultur dan
kearifan-kearifan lokal beragam untuk memahami keberbedaan. Pelajaran yang saya bawa
di berbagai tempat di dunia untuk mengembalikan betapa kaya pluralitas etnik negeri ini
sekaligus sebenarnya itu ancaman laten untuk selalu waspada,” ujarnya pada penulis.

Selama di Tibet, seperti terlihat di video, Arahmaiani berkolaborasi dengan sejumlah biksu di
vihara dan penduduk setempat.

“Saya memamerkan juga pesan-pesan; tentang bagaimana seni bisa memberi kesepahaman
di luar lingkar kekuasaan dan politik. Instalasi bendera-bendera itu berujar kemajemukan dan
kesetaraan dengan cara yang indah, seperti yang saya bawa dari imej aksara Tibet, Bali, Jawa
dan Lombok.”

“Saya selalu terinspirasi pada ikon seniman Jerman Joseph Beuys; bahwa seni memberi
kekuatan yang non materill, sumbangsih moral untuk berbuat lebih nyata di dunia sosial”
imbuhnya.

Kita sekarang menjumpai karya Indah Arsjad. Ia menggunakan ruang gelap di dalam galeri,
dengan teknik animasi digital juga penggunaan rekam kamera mikrokospis di sebuah video.

Indah bernarasi tentang keprihatian ancaman menipisnya oksigen di bumi sebab ulah manusia.

“Karya berangkat dari pengalaman personal terkena covid pada 2020. Paru-paru ada masalah
berat, perlu oksigen pada masa perawatan. Saya memutuskan mengobservasi dan membangun
konsep.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

Tren
Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com